( Ladang kurma di Madinah berlatar belakangkan bukit Uhud ).
Perang Riddah (Arab: حروب الردة), juga disebutPerang Melawan Kemurtadan Melawan Kemurtadan Melawan Kemurtadan Melawan Kemurtadan, membentuk pasukan yang terbagi atas sebelas infantri.Pasukan tersebut melawan pemberontakan beberapa suku Arab. Perang ini dilancarkan oleh Khalifah Abu Bakar selama tahun 632 dan 633 M, setelah kematian
Nabi Muhammad SAW.
Nabi Muhammad SAW.
Pemberontakan-pemberontakannya, dalam penulisan sejarah Islam pada masa itu dianggap bersifat keagamaan, oleh kerana ada salah seorang pengikut Nabi Muhammad yang kemudian mengaku sebagai seorang nabi iaitu, Musaylamah Al Kazzab.
Pemberontakan tersebut ada aspek keagamaan lainnya. Madinah telah menjadi pusat sistem sosial dan politik, yang di dalamnya agama menjadi bagian penting; akibatnya tidak terelakkan lagi bahwa reaksi melawan sistem ini juga memiliki aspek keagamaan.
Di awal pemerintahan khalifah Abu Bakar telah terjadi peristiwa riddah secara besar-besaran yang menggoncangkan stabilitas dan eksistansi Negara Islam yang telah dibangun oleh Rasul SAW. Abu Bakar terpaksa memadamkan pembangkangan itu dengan kekerasaan yang dalam sejarah Islam, dikenal dengan sebutan perang Riddah. Peristiwa Riddah pada masa Abu Bakar inilah yang menjadi rujukan pemberlakuan segala macam ( konsekwensi ) 1. akibat (drpd sesuatu perbuatan), kesudahan, padah; 2. keselarasan (kesesuaian) dgn yg sebelumnya. (Kamus Dewan Edisi Keempat) hukuman bagi orang-orang murtad. Para ulama selalu mencontohkan apa yang terjadi pada masa Abu Bakar mengenai Riddah sebagai bukti sejarah awal pemberlakuan hukuman Riddah.
Namun, di era modern ini, doktrin ini mengandung problem untuk boleh diterapkan. Masyarakat modern akan menentangnya. Mereka beranggapan, bahwa urusan memeluk agama adalah urusan pribadi yang termasuk dalam hak asasi setiap manusia. Siapapun, termasuk doktrin agama, tidaklah boleh melanggar hak asasi orang lain.
Sejarah telah merakamkan banyak peristiwa riddah secara besar-besaran yang menimpa umat Islam sejak zaman Rasulullah s.a.w lagi. Dimulakan dengan Musailamatul Kazzab di Yamamah dan para nabi palsu yang diperangi Abu Bakar, diikuti riddah di negeri Sepanyol yang didalangi pendakyah Kristian ketika akhir zaman Andalus, dan kemudiannya gejala yang menimpa ummat Islam di India yang lemah dan goyah aqidahnya dengan menganut agama Hindu ketika kesultanan Moghul berkuasa
Jika diperhatikan, kesemua gejala riddah ini mempunyai 2 karakter yang sama, yakni :
1. Kebencian mendalam orang kafir terhadap Muslimin
2. Pemisahan kaum muslimin dari cara hidup dan masyarakat Islam
Tetapi ini adalah gambaran lama tentang riddah dan sejak penjajahan Barat terhadap negara-negara Islam, Barat memperkenal kan satu riddah baru yang lebih dahsyat dan tidak pernah dilihat dalam sejarah Islam.
Falsafah Barat ini diasaskan atas dasar tidak percaya pada Tuhan, Pencipta Alam Semesta yang menentukan dan yang mengwahyukan, mengingkari kewujudan kiamat, balasan dan azab, mengingkari kenabian, syurga dan neraka, mengingkari agama samawi dan semua syariat Allah.
Sesungguhnya ia adalah riddah! Ia memasuki rumah-rumah, university-universiti, persatuan-persatuan, institusi-institusi dan lain-lain, tetapi kaum muslimin tidak berasa terancam dengannya kerana orang yang berfikiran sekular tidak masuk ke gereja mahupun kuil dan mengisytiharkan kemurtadannya. Malah mereka juga tidak memisahkan diri dari masyarakat muslim, bahkan duduk bersama mereka, berpakaian seperti mereka dan hidup bersama mereka.
Inilah masalah terbesar umat Islam, yakni mereka langsung tidak sedar bahawa ia adalah suatu masalah! Maka pemimpin dan para ulama tidak berbuat apa-apa untuk menyelesaikan masalah tersebut. Masalah ini tidak memerlukan perang, revolusi atau kekerasan untuk menghadapinya, ia hanya perlukan azam, kesabaran, hikmah dan penyelidikan. Inilah harbul fikri.
Sebab-sebab terjadinya Riddah
1. Kebodohan.
Kebodohan menjadi penyebab utama adanya gelombang pemurtadan, karena mereka tidak dibentengi dengan ilmu.
Oleh karena itu salah satu cara yang efektif untuk mengantisapi atau membuat perhitungan pemurtadan adalah dengan menyebarkan aqidah dan ilmu yag benar di kalangan masyarakat.
Syekh al-Bakri ad-Dimyathi (w 1310 H) berkata: “Ketahuilah bahwa banyak orang-orang awam yang mengucapkan kata-kata kufur tanpa mereka sedari, bahwa sebenarnya hal itu adalah bentuk kekufuran.
Maka wajib atas bagi orang yang berilmu untuk menjelaskan kepada mereka mereka hal-hal yang menyebabkan kekafiran tersebut, supaya mereka mengetahuinya, kemudian boleh menghindarinya.
Dengan demikian maka amalan mereka tidak menjadi sia-sia, dan tidak kekal di dalam neraka (bersama orang-orang kafir) dalam siksaan besar dan adzab yang sangat pedih.
Sesungguhnya mengenal masalah-masalah kufur itu adalah perkara yang sangat penting, karena seorang yang tidak mengetahui keburukan maka sedar atau tidak, ia pasti akan terjatuh di dalamnya.
Dan sungguh setiap keburukan itu sebab utamanya adalah kebodohan atau kejahilan dan setiap kebaikan itu sebab utamanya adalah ilmu, maka ilmu adalah petunjuk yang sangat nyata terhadap segala kebaikan, dan kebodohan adalah seburuk-buruknya teman (untuk kita hindari)”. ( I’anah ath-
Thalibin: 4/133)
2. Kemiskinan.
Pemurtadan seringkali terjadi pada daerah-daerah miskin dan terkena bencana.
Banyak kaum Muslimin yang mengorbankan keyakinan mereka hanya untuk sesuap nasi dan sebungkus supermi.
3. Tidak adanya pemerintahan Islam Hilangnya pemerintahan Islam yang menegakkan syariat Allah membuat musuh-musuh Islam leluasa melakukan pemurtadan dan penyesatan terhadap umat Islam.
Begitu juga umat Islam tidak akanberani main-main dengan agamanya. Berikut ini beberapa bukti bahwa pemerintahan Islam mempunyai peran penting di dalam menghentikan gelombang pemurtadan :
Para Khulafa’ Rasyidin menegakan memerangi orang-orang yang murtad dan menghukum mereka dengan hukuman mati, seperti yang dilakukan oleh Abu Bakar Siddiq terhadap Musailamah al-Kadzab dan para pengikutnya.
Begitu juga yang dilakukan oleh Khalifah Al Mahdi, sebagaimana diceritakan oleh Ibnu Katsir pada peristiwa yang terjadi pada tahun 167 H : “ Khalifah Mahdi memburu orang-orang yang murtad kemana saja mereka bersembunyi, mereka yang tertangkap dibawa kehadiran-nya dan dibunuh di depannya . “ ( al Bidayah wa an Nihayah 10/149 )
Begitu juga pada tahun 726 H, Nashir bin as Syaraf Abu Al Fadhl al Haitsami dihukum mati karena menghina ayat-ayat Allah dan bergaul dengan para zindiq. Padahal dia orang yang menghafal kitab At Tanbih, dan bacaan al qur’annya sangat bagus (al Bidayah wa an Nihayah : 14/ 122 )
Berkata Al Qadhi Iyadh : “ Para ulama Malikiyah yang berada di Bagdad pada zaman khalifah al Muqtadir telah sepakat untuk menjatuhkan hukuman mati kepada al Halaj, kemudian menyalibnya, hal itu karena dia menganggap dirinya Allah dan menyakini Aqidah al Hulul, serta menyatakan bahwa dirinya (, padahal al Halaj secara lahir, dia menjalankan syare’at.
Al Halaj ini taubatnya tidak diterima ( di dunia ) “ (Asy Syifa’ : 2/1091 )
Al Halaj ini taubatnya tidak diterima ( di dunia ) “ (Asy Syifa’ : 2/1091 )
4. Ghozwul Fikri.
Munculnya pemikiran-pemikiran sesat seperti liberalisme, pluralisme dan sekulerisme telah mendorong terjadi gelombang kemurtadan di kalangan kaum Muslimin, kerana kefahaman tersebut mengajarkan bahwa semua agama sama, dan semua orang bebas melakukan perbuatan apapun juga, tanpa takut dosa.
Kenapa malah pada promosi yg gak bener woi
BalasPadam