MENDIDIK ANAK DENGAN ADAB.
Mendidik manusia adalah usaha yang murni. Manusia ada potensi dalam dirinya sifat malaikat dan juga potensi sifat syaitan. Tuhan minta manusia menyuburkan sifat yang positif dalam diri manusia. Untuk menyuburkan sifat-sifat tersebut melalui pendidikan dan tarbiah. Abuya Imam Ashaari At Tamimi orangnya sangat praktikal. Penulis ingin kongsikan bagaimana pendidikan praktikal tersebut Abuya lakukan kepada anak-anaknya. Haiwan membesarkan anaknya dengan fitrah yang Tuhan bekalkan kepadanya. Manusia membesar dan mendidik anaknya dengan menyuburkan jiwa, akal yang Tuhan anugerahkan kepadanya.
Pendekatan didikan yang Abuya lakukan adalah praktikal. Contohnya saya dari kecil cenderung menggunakan tangan kidal dalam mengambil dan memegang sesuatu. Setiap kali hendak makan Abuya akan membungkus tangan kedal saya dengan kain. Ketika beliau tiada dirumah dia akan pesan pada mak saya untuk lakukan perkara yang sama iaitu membungkus tangan saya ketika hendak makan. Ertinya dalam mendidik anak-anak kecil tekankan soal didikan adab atau akhlak mulia melalui latehan praktikal. Ketika saya sudah besar tetapi masih belum baligh, Abuya mula melateh anak-anaknya membuat kerja-kerja mengemas rumah. Walaupun kami ada pengasuh yang digajikan tetapi kami tetap dilateh buat kerja sendiri.
Kalau ada dikalangan anak-anaknya yang tidak buat kerja, mereka didenda tidak boleh makan. Perkara yang sama saya lalui disiplin tersebut ketika sekolah rendah duduk bersama Ayah Abuya iaitu datok Muhammad di kampung Segambut Dalam Kuala Lumpur. Kalau siapa yang mengekalkan kecermelangan kerjanya akan diberi hadiah.
Anak-anak ketika belum baligh kurangkan teori atau bercakap tetapi banyakkan latehan kerja praktikal, adab-adab dilateh supaya menjadi kebiasaan.
Ketika anak sudah baligh atau dewasa dekati mereka dengan berikan ilmu dan banyakkan panduan. Isinya bawa kepada cinta dan takutkan Tuhan. Tanamkan cintakan kehidupan Akhirat. Tidak lupa dengan Tuhan, lupa akhirat ambil berat halal dan haram. Allah menurunkan firmanNya:“Dan ada di antara manusia: orang Yang memilih serta membelanjakan hartanya kepada cerita-cerita dan perkara-perkara hiburan Yang melalaikan; Yang berakibat menyesatkan (dirinya dan orang ramai) dari ugama Allah”.(Luqman:6). Mendidik anak supaya cenderung kepada iman, takut kepada Allah dan rasa insaf?
Masalah penanaman adab dan ilmu pada anak telah menjadi perhatian para ulama. Salah satu yang membahas dengan sangat baik adalah Hujjatul Islam Imam al-Ghazali. Di dalam kitab Ihya’ Ulumiddin, Imam al-Ghazali menulis satu bab khusus tentang pendidikan anak yang diberi judul Bayânu Tharîq fi Riyâdhat al-Shibyân fî Awwali Nasy’ihim wa Ta’dîbihim wa Tahsîni Akhlâkihim (Penjelasan metode melatih anak pada masa pertumbuhan, mendidik dan memperbaiki akhlak mereka). Mengawali penjelasan ini Imam al-Ghazali mengingatkan pentingnya pendidikan anak.
Ketahuilah! Sesungguhnya metode pendidikan anak merupakan hal yang paling penting dan paling ditekankan. Anak-anak itu adalah amanah bagi kedua orangtuanya. Hatinya yang suci merupakan permata yang paling berharga, belum terukir dan terbentuk. Ia menerima setiap bentuk ukiran dan cenderung kepada setiap hal yang mencorak kepadanya. Jika dibiasakan yang baik, dan diajarkan kebaikan maka ia akan tumbuh menjadi baik dan bahagia di dunia dan akhirat. Ayahnya, gurunya dan setiap orang yang mendidiknya juga akan mendapatkan pahala. Namun jika dibiasakan dengan keburukan, dan dibiarkan seperti binatang maka ia akan celaka dan binasa. Dan dosanya ditanggung oleh orangtuanya. (Hujjatul Islam, Al-Ghazali, Ihya’ Ulumiddin, Kairo:Dar Misr li al-Thiba’ah, Juz II, hlm. 89)
Peringatan Imam al-Ghazali ini penting difahami oleh setiap orangtua. Mendidik anak-anak mereka berarti menghantarkan mereka menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat. Sebaliknya, mengabaikan pendidikan anak adalah menghinakan, tidak memanusiakan mereka dan menjerumuskan mereka ke dalam kebinasaan. Dan orangtua akan menerima balasannya di akhirat kelak. Dalam masalah pendidikan anak, Imam al-Ghazali tidak hanya memberi peringatan. Ia juga memberikan metode pendidikan anak. Berikut ini rangkuman metode pendidikan anak menurut Imam al-Ghazali yang dikutip dari bagian kitab itu.
Aspek Adab.
Menurut Imam al-Ghazali, orangtua wajib mendidik anak-anaknya dengan adab dan mengajarkan akhlak yang terpuji (al-Ghazali, Ihya’ Ulumiddin, Juz II, hlm. 89). Jika orangtua menanamkan adab yang baik berarti dia telah memberikan sesuatu yang sangat bernilai. Rasulullah SAW bersabda “tidak ada pemberian orangtua kepada anaknya yang lebih utama dibandingkan pendidikan (adab) yang baik” (HR Ahmad).
Akhlak yang harus ditanamkan kepada anak sejak kecil adalah sifat malu (al-hayâ’). Yang dimaksud malu dalam hal ini adalah sifat malu yang menghalangi seseorang dari perbuatan tercela, bukan malu yang menghalangi untuk berbuat kebaikan. Sifat malu seperti ini menurut Imam al-Ghazali adalah karunia dari Allah dan tanda kebaikan akhlak si anak. Sifat malu ini perlu diarahkan sehingga anak akan terbiasa melakukan sesuatu yang baik dalam kehidupan sehari-harinya. Imam Al-Ghazali memberi contoh buah dari sifat malu ini dalam adab makan. Dengan sifat malu ini anak akan terbiasa mengambil makanan dengan tangan kanan, membaca basmalah sebelum makan, mengambil makanan yang terdekat, tidak makan terlalu banyak dan sebagainya. Bahkan jika terus dididik dengan sifat malu ini, seorang anak akan merasa cukup dengan makanan yang ada (qana’ah) dan senang berbagi dengan, dan mendahulukan orang lain dalam masalah makanan sejak masa kecilnya (al-îtsâr bi al-tha’âm).
Ulasan
Catat Ulasan