( Masjid Syaikh Ahmad Al Badawi ).
Mengimbau musafir bersama Abuya di bumi Mesir. Antara negara yang berulang kali penulis berkunjung bersama Abuya. Salah satu daerah yang menarik di Mesir ialah Tanta. Pada tahun 1988 penulis mengikuti rombongan Abuya menjelajah ke negara-negara Arab termasuk Mesir. Salah satu masjid bersejarah di Mesir, yang merupakan bagian penting bagi perkembangan Islam, Masjid yang begitu kental kaitannya dengan seorang Syekh kelahiran kota fez Morocco iaitu Ahmad Badawi. Beliau seorang Wali yang memiliki Nasab Al Amin Nabi Muhamad SAW, penuh dengan berbagai kisah teladan dari peradaban dan penyebaran Islam, Beliau penerus ajaran suci sepeninggal Nabi Muhammad SAW.
Penulis terasa sangat dekat dengan wali tersebut, kerana dari kecil lagi Abuya telah perkenalkan amalan selawat Badawi kepada keluarganya dan anak-anak muridnya. Setiap kali hendak solat lima waktu. Suatu amalan yang di biasakan lama kelamaan memberi kesan ke dalam hati kita. Abuya telah mendidik keluarganya dengan disiplin 10 minit berselawat sebelum masuk waktu. Selawat Badawi antara amalan yang Abuya ajarkan kepada keluarga dan anak muridnya. Ertinya sudah terdisiplin menunggu waktu azan dengan selawat Badawi.
Pendekatan didikan Abuya sangat berkesan kerana beliau mendekatkan jurang kehidupan ulama yang menjadi ikutan tersebut dengan kehidupan harian kita. Kaedah tersebut sehingga tertarik dengan idola yang di tonjolkan contoh seperti Syaikh Ahmad Al-Badawi. Sejarah hidup dan amalannya di perkenalkan kepada kita.
Kelebihan Selawat ini mujarab untuk mendapatkan hajat dan keinginan, tesingkapnya kesusahan, terhindar dari kesulitan dan juga dihasilkannya cahaya dan rahasia-rahasia ghaib.
Berikut catitan "Selawat Badawi " atau Selawat lain yang dinisbatkan kepada beliau adalah Selawat al-Anwar:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نُورِ الأَنْوَارِ. وَسِرِّ الأَسِرَارِ. وَتِرْيَاقِ الأَغْيَارِ. وَمِفْتَاحِ بَابِ الْنَسَارِ. سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُخْتَارِ. وَآلِهِ الأَطْهَارِ. وَأَصْحَابِهِ الأَخْيَارِ. عَدَد نِعَمِ الله وَأِفْضَالِهِ.
Syaikh Ahmad bin Ali Bin Yahya Al-Badawi lahir di Kota Fes, Moroco atau Maghribi pada tahun 596 H./1199 M adalah seorang imam sufi, wali kutub dan pendiri thariqah Al-Badawiyah. Beliau mendapat gelaran Al-Badawi selalu menutup wajahnya seperti kebiasaan Arab Badui. Datuk beliau sebelumnya bermukim di Jazirah Arab. Datuk beliau datang dari Fes Moroco akibat semakin brutalnya aksi Al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi terhadap kalangan Alawiyin.
Ketika di bumi Mesir kita berpeluang menjejak makam Sy. Ahmad Badawi. Lihat nasab Syekh berikut ini: Nasab beliau sungguh mulia, beliau adalah Ahmad bin Ali bin Yahya bin Isa bin Abu Bakar bin Ismail bin Umar bin Ali bin Utsman bin Husein bin Muhammad bin Musa bin Yahya bin Isa bin Ali bin Muhammad bin Hasan bin Ja'far Az-Zaky bin Ali Al-Hadi bin Muhammad al-Jawwad bin Ali Ridlo bin Musa al-Kadhim bin Ja'far As-Shadiq bin Muhammad al-baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib dan Fathimah binti Rasulullah SAW.
Masjid Ahmad Al-Badawi adalah masjid bersejarah dan terbesar terletak di kota Tanta bagian utara negara Mesir, Mesjid ini adalah merupakan masjid muslim sufi, disini juga terdapat makam Syekh Ahmad Al-Badawi, Imam dari para Imam, para sufi, para Sunni dan para kelompok dari empat negara.Pembangunan masjid ini adalah salasatu ide dari murid sang Wali yang tutup Usia di kota itu, maka tak heran pemberian nama Masjid-nya di ambil dari nama Syekh yaitu Masjid Ahmad Badawi
Menurut satu Riwayat:
Masjid ini dibangun oleh siswa sekaligus penerus penerima sanad Syekh Ahmad Al-Badawi, yaitu bernama Abdel-Al.Masjid tersebut pernah beberapa kali di renovasi diantaranya pada era mantan Presiden Anwar Sadat, yaitu pada tahun 1975, dan terus di renovasi semula pada tahun 2005.Sejarah lengkap pembangunan dan kontruksi Masjid Ahmad Badawi. Kisah selengkapnya: Setelah meninggalnya Syekh Ahmad Badawi tepatnya iaitu pada hari Selasa 12 Maret 675 AH / 24 Ogus 1276 M di Utara Tanta, pada usia 79 tahun, lalu sanad Beliau dilanjutkan oleh Abdel Aal, murid Syekh Ahmad Al Badawi, lalu Abdel Aal membangun masjid di berdekatan pemakamannya.
Awal mulanya di bentuk dari bagian utama retret besar masjid, dan berikutnya pembangunan dilanjutkan kebagian makam, dan kemudian berubah menjadi sebuah sudut, oleh para pengikutnya berencana untuk membuat lebih besar, maka kemudian dibangun pada bagian paling besar ada kubah masjid, dengan atap kabin terbuat dari tembaga pada sekitar yang suci, sampai disitu pembangunan menghabiskan di dalam masjid ada satu pemisahan sebagian lagi lahan dari wakaf dari para Kekaisaran Ottoman sebagai pemerintahannya Mesir, semenjak itu Masjid ini menjadi yang masjid terbesar di Tanta.
Menurut Mubarak mengatakan melalui komprominya: Ini tak tertandingi di dalam organisasi dan arsitektur, ini adalah masjid yang terbaik di masa itu. Mengadakan perayaan hari lahir Badui. Nomad merujuk kepada cara penghidupan yang berpindah-randah. Orang nomad mungkin mempunyai tempat persingahan yang tetap yang mereka singgah setiap tahun, tetapi masih bergerak setiap tahun ke tempat lain. Contoh orang nomad adalah kaum Mongol. Biasanya kaum nomad terdiri daripada pengembala haiwan yang terpaksa berpindah kerana mencari padang ragut yang lebih subur, bagi mengelakkan padang rumput yang ada daripada kehabisan rumput sama sekali.
Dimana merayakan dengan cara yang mistis.Biasanya berlangsung pada pertengahan - Oktober setiap tahun sekitar satu masjid Badui objek mana yang makam yang terkenal dari masjidnya, dan ditahan selama seminggu di tengah langkah-langkah keamanan yang ketat. diikuti oleh perayaan dari kelahiran dari Abraham El Desoki di Desouk di dalam minggu berikutnya yang perayaan Balbedwi langsung. Memperingati pendirian dari kelahiran dari Badui setiap tahun dalam menghubungkan dengan utara dan selatan dari Mesir telah membantu, karena banyak yang orang tingkat , tidak mengunjungi satu wajah maritim hanya pada satu tanggal dari pembentukan dari kelahiran dari Badui, dan ketika itu berakhir di Tanta pergi ke Desouk untuk merayakan dengan kelahiran Al Desoki.
Nasab Al-Badawi dari jalur ayah sampai kepada sayyidina Husein bin Ali, bin Fathimah Az-Az-Zahra' binti Rasulillah SAW. Berdasarkan kesepakatan ulama nasab, dan ahli sejarah, secara lengkap nasab beliau adalah Ahmad bin Ali bin Yahya bin Isa bin Abu Bakar bin Ismail bin Umar bin Ali bin Utsman bin Husein bin Muhammad bin Musa bin Yahya bin Isa bin Ali bin Muhammad bin Hasan bin Ja'far Az-Zaky bin Ali Al-Hadi bin Muhammad al-Jawwad bin Ali Ridlo bin Musa al-Kadhim bin Ja'far As-Shadiq bin Muhammad al-baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib.
Beliau hijrah ke Mekah ketika berumur 7 tahun (Tahun 603 H./1206 M), dimana perjalanan kesana memakan waktu empat tahun, tiga tahun diantaranya beliau bermukim di Mesir. Di Mekah berdasarkan sumber-sumber dari kalangan shufiyah, beliau selalu beristiqamah melakukan thawaf semenjak kecil, setelah itu beliau masuk ke sebuah gua di gunung Abil Qubais untuk melakukan Ibadah. Amalan ini beliau lakukan hingga belaiu berumur 38 tahun ketika beliau melakukan safar ke Irak, bersama datuk kandungnya, Hasan. Di Irak beliau menziarahi berbagai kota tempat bermukim atau bersemayamnya para ulama, diantaranya ke Kota Syaikh Ahmad bin Ali Ar-Rifa'i, pusat thariqah Rifa'iyah. Juga ke makam Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani, kemudia ke makam Syaikh Adiy bin Musafir Al-Hikari mu'assis thariqah Al-Adawiyah.
Ketika al-Badawi berada di sebuah desa dekat Mosul, terjadi perselisihan antara dirinya dengan seorang wanita bernama Fatimah. Wanita ini cantik dan kaya. Tetapi ia senang membuat lelaki jatuh cinta kepadanya. Demikian pula ia lakukan hal itu kepada Al-Badawi, tetapi ia tidak mampu, hingga ia merayu al-Badawi untuk menganinya. Diakhir cerita si wanita bertaubat di tangan al-Badawi.
Sekembali dari Irak pada tahun 635 H, Al-badawi mempunyai kebiasaan yang tidak pernah terlihat sebelumnya. Beliau semakin banyak melakukan shalat dan puasa, banyak berdiam diri dan sering menengadahkan wajah ke langit. Fatimah saudara perempuan beliau mengadukan kepada datuknya Hasan: "Wahai saudaraku! Sesungguhnya saudara kita Ahmad selalu qiyamullail sepanjang malam. Selalu mamandang langit dan siang hari ia berpuasa, hingga bulatan hitam matanya menjadi mereka bagaikan bara. Dia pernah selama 40 hari tidak makan dan tidak minum".
Hijrah ke Mesir
Pada tahun yang sama setelah pulang dari Irak, beliau memutuskan untuk melakukan perjalanan ke Mesir dengan tujuan kota Thantha. Perjalanan ini bukan hanya sebatas ziarah, tetapi sebuah hijrah berdasarkan mimpi beliau. Begitu Syaikh Abdul Wahhab Asy-Sya'rani menuturkan. Sebenarnya terdapat banyak pendapat ulama tentang alasan Al-Badawi hijrah ke Mesir, dan menetap di Thantha. Dikatakan bahwa beliau mempunyai pemikiran bahwa secara geografis Thantha berada di tengah diantara Kairo dan Iskandariyah, yakni berada tepat di tengah Delta sungai Nil. Dengan letak yang seperti ini, diharapkan penyebaran thariqah yang beliau bangun dapat cepat menyebar, ketika beliau menetap di sana.
Di Tanta beliau menetap di rumah seorang saudagar bernama Ibnu Syuhaith atau Ruknuddin. Beliau menetap di loteng rumah yang berdekatan dengan masjid Al-Bahiy ini hingga selama 12 tahun dan seluruhnya dihabiskan dengan tidak makan dan minum setiap 40 hari. Dalam kitab-kitab tashawuf, disebutkan karama-karamah yang dinisbatkan kepada Syaikh Ahmad Al-Badawi. Diantaranya yang paling masyhur adalah beliau mampu membebaskan para tawanan Mesir dari tangan tentara Eropah ketika terjadi perang Salib. Atas kejadian ini dalam catatan sejarah Mesir terkenal sebuah ucapan, yaitu "Allah, Allah, Ya Badawi, Jabil Yusra", yang berarti Al-Badawi telah datang membawa tawanan. Ketika ini di Tanta, setiap tahun ada dua peringatan untuk mengenang beliau, yaitu di bulan April dan bulan Oktober. Peringatan di bulan Oktober ini adalah peringatan kelahiran beliau, yang merupakan peringatan terbesar di Mesir secara umum. Pada ketika itu sekitar dua juta peziarah memenuhi masjid beliau yang berada di tengah di kota Tanta.
Ulasan
Catat Ulasan