Abuya mendidik kita melalui XPDC kita dapat menggali hikmah yang tersirat daripada perkara-perkara yang tersurat. Dengan meneliti dan menyingkap rahsia-rahsia yang tersirat di sebalik fakta dan persitiwa di muka bumi ini adalah bertepatan dengan perintah Tuhan di dalam Al Quran sebagaimana firman Allah:
Katakanlah (wahai Muhammad): "Mengembaralah kamu di muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana buruknya kesudahan orang-orang yang berdosa itu".
(An-Naml 27:69).
Allah SWT telah memberitahu melalui lidah kekasihNya, Nabi SAW di sebalik yang tersurat ada yang tersirat. Dalam Al Quran ada cerita positif dan ada yang negatif. Perkara yang positif dijadikan panduan dan yang negativ dijadikan pengajaran. Selat gibraltar, mungkin nama tersebut sudah tidak asing di telinga anda.Tapi tahukah anda bahwa Laut di Selat Gibraltar memiliki dua warna? Dalam Alquran, laut dua warna itu sudah dijelaskan dalam surah Ar-Rahman ayat 19-22, “Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing. Maka nikmat Allah yang manakah yang kamu dustakan. Dari keduanya keluar mutiara dan marjan.” (Ar-Rahman 55:19-22).
“Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (Al-Furqan : 53).
Jangankan bagi masyarakat awam, kalangan akademik pun takjub dibuatnya. Sebab, keberadaannya penuh dengan keajaiban. Bagaimana mungkin satu laut ditemukan dua warna yang berbeza? Tapi, itulah faktanya. Setelah mencermati dan mengkaji secara saksama keterangan Alquran, para ilmuwan berhasil mengungkapkan keberadaannya, yakni di Selat Gibraltar yang menghubungkan antara Lautan Mediterania dan Samudera Atlantik serta memisahkan Spanyol dan Maghribi. Nama Gibraltar berasal dari bahasa Arab Jabal Thariq yang berarti gunung Thariq. Nama ini merujuk pada Panglima Islam Thariq bin Ziyad yang menaklukkan Spanyol pada tahun 711.
Di Selat Gibraltar itu terdapat pertemuan dua jenis laut yang berbeza warna. Seperti ada garis pembatas yang memisahkan keduanya. Satu bagian berwarna biru agak gelap dan pada bagian lain tampak lebih terang. Menurut penjelasan para ahli kelautan seperti William W Hay, guru besar Ilmu Bumi di Universitas Colorado, Boulder, AS dan mantan dekan Sekolah Kelautan Rosentiel dan Sains Atmosfer di Universitas Miami, Florida AS, serta Prof Dorja Rao, seorang spesialis di Geologi Kelautan dan dosen di Universitas King Abdul-Aziz, Jeddah, air laut yang terletak di selat Gibraltar tersebut memiliki karakteristik yang berbeza, baik dari kadar garamnya, suhu maupun kerapatan air laut.
Dan seperti dijelaskan dalam surah Al-Furqan [25] ayat 53, yang satu bagian rasanya tawar dan segar, sedangkan bagian lain rasanya masin lagi pahit. Dan antara keduanya, tak pernah saling bercampur (bersatu satu sama lain), seolah ada dinding tipis yang memisahkannya. Hebatnya lagi, kedua laut itu dibatasi oleh dinding pemisah. Bukan dalam bentuk dinding tebal, pembatasnya adalah air laut itu sendiri. Dinding pemisah itu bergerak di antara dua lautan dan dinamakan dengan front (jabhah) yang memisahkan antara dua pasukan. Dengan adanya pemisah ini setiap lautan memelihara karakteristiknya sehingga sesuai dengan makhluk hidup (ekosistem) yang tinggal di lingkungan itu.
Pada tahun 1873 M/1283 H, para ilmuwan dari tim peneliti Inggris, dalam ekspedisi laut Challenger, menemukan adanya perbedaan di antara sampel-sampel air laut yang diambil dari berbagai lautan. Dari situ manusia mengetahui bahwa air laut berbeda-beda kondisinya satu dengan yang lain, baik dalam hal kadar garam, temperatur, berat jenis, dan jenis biota lautnya.Melalui ratusan ‘stasiun laut’ yang dibuat, para ilmuwan menyimpulkan bahwa perbedaan karakter tersebut mendeterminasi satu lautan dengan yang lainnya. Namun mereka masih mempertanyakan, mengapa tidak bisa bercampur?
Pertama kali muncul jawaban itu di lembaran buku-buku ilmiah pada tahun 1942 M / 1361 H. Studi yang mendalam tentang karakteristik lautan menyingkap adanya lapisan-lapisan air pembatas yang memisahkan antara lautan-lautan yang berbeda-beda, dan berfungsi memelihara karakteristik khas setiap lautan dalam hal kadar berat jenis, kadar garam, biota laut, suhu, dan kemampuan melarutkan oksigen.
Di Selat Gibraltar itu ada pertemuan dari dua jenis laut yang berbeda.Dua lautan yang tidak bercampur itu terletak di Selat Gibraltar, selat yang memisahkan benua Afrika dan Eropa, tepatnya antara negera Maroko dan Spanyol.Perbedaan itu sangat jelas kelihatan dari perbedaan warna air laut.Seakan ada sekat yang memisahkan kedua jenis air ini. Bahkan batas antara kedua air dari dua buah laut ini sangat jelas.Air laut dari Samudera Atlantik berwarna biru lebih cerah.Sedangkan air laut dari Laut Tengah berwarna lebih gelap.Inilah keajaiban alam.Tidak hanya itu yang aneh dari perilaku dari kedua air laut ini.Ternyarta, air laut dari laut Tengah yang tidak mau bercampur dengan air laut dari Samudera Atlantik ini menyusup di bawah air laut yang berasal dari Samudera Atlantik. Air dari Laut Tengah ini menyusup di bawah air dari Samudera Atlantik di bawah kedalaman 1000 meter dari permukaan Samudera Atlantik.
Setelah tahun 1962 diketahui fungsi batas-batas laut tersebut dalam ‘mengolah’ aliran air laut yang menyeberang dari satu laut ke laut yang lain sehingga laut yang satu tidak melampaui laut yang lain. Dengan demikian lautan-lautan tersebut tidak bercampur aduk karena setiap lautan menjaga karakteristiknya masing-masing dan batas-batas wilayahnya karena adanya pembatas-pembatas tersebut. Dan karena adanya dinding pemisah dan perbedaan warna itu pula, maka hewan yang hidup di laut bewarna kebiruan dan asin, tak bisa hidup di laut yang airnya dengan rasa tawar. Demikian pula sebaliknya. Subhannallah. Al-Qur’an kembali menunjukan kebenaran Allah SWT yang diucapkan jauh sebelum adanya kegiatan meneliti seperti sekarang ini.
Ulasan
Catat Ulasan