LUBANG NERAKA.
“Ada dua lubang yang dapat menyebabkan seseorang masuk ke Neraka, yaitu lubang faraj dan lubang mulut.” (Riwayat Tirmidzi)
NAFSU HIGHWAY BAGI SYAITAN.
Ini diterangkan oleh hadis Rasulullah SAW yang maksudnya :
“Sesungguhnya syaitan itu bergerak mengikuti aliran darah, maka persempitlah jalan syaitan dengan lapar dan dahaga.” (Riwayat Ahmad).
NAFSU MUSUH MANUSIA.
“Sesungguhnya nafsu itu sangat mengajak kepada kejahatan.”
(QS Yusuf 53).
“Beruntunglah orang yang membersihkan hatinya dan rugilah orang yang mengotorinya.” (QS Asy Syams 9-10)
Akal dan nafsu ada dalam diri manusia, maka terjadilah pertentangan antara satu sama lain. Peperangan nafsu dan akal tidak pernah ada henti-hentinya. Kadang-kadang nafsu yang menang, kadang-kadang akal menang. Buktinya, jika kita berhadapan dengan perbuatan yang baik, maka nafsu akan menolaknya dan mengajak kepada kejahatan sedangkan akal mengajak kepada kebaikan. Kalau kita mengikuti nafsu, artinya kita kalah. Sebaliknya, jika kita mengikuti akal maka kita menang. Ada beberapa contoh tentang dua lubang tersebut:
Apabila manusia gunakan dua lubang tersebut mengikut kehendak nafsu dengan melanggar peritah Allah ertinya dengan lubang tersebut manusia di masukkan ke dalam neraka, seperti berzina dan lubang kedua seperti berdusta, mengumpat dan seumpamanya. Namun dengan dua lubang tersebut juga kalau digunakan untuk keredhaan Allah kita telah menangkan akal. Di dunia kita dapat membahagiakan isteri dan di akhirat diberi ganjaran Syurga. Selain itu juga yang kedua kita gunakan untuk bercakap dan menyampaikan tentang kebenaran ertinya kita telah menang.
Namun bagaimanapun nafsu tetap diperlukan oleh manusia. Bila nafsu musnah, manusia juga akan musnah. Sebagai contoh adalah nafsu makan. Nafsu makan tidak akan hilang karena merupakan fitrah alami manusia. Jika nafsu makan tidak ada, manusia akan mati. Begitu juga dengan nafsu terhadap lawan jenis. Jika nafsu ini tidak ada, maka manusia tidak akan berketurunan.
Pernah seorang sahabat datang kepada Rasulullah SAW dan memberitahukan bahwa ia ingin membunuh nafsunya agar ia dapat bersungguh-sungguh berjuang. Tetapi Rasulullah melarang karena Rasulullah sendiri juga berumah tangga dan beliau menyukai jika umatnya mempunyai keturunan yang banyak. Pernah juga ada seorang sahabat yang mengatakan kepada Rasulullah bahwa ia ingin berpuasa terus menerus agar dapat lebih berbakti kepada Allah.
Rasulullah juga melarangnya karena Baginda sendiri juga berpuasa dan juga berbuka. Rasulullah juga tetap bermasyarakat dan berjuang untuk menegakkan kehidupan di dunia dan dan Akhirat. Jadi, Rasulullah memberi jalan tengah. Nafsu ini tetap diperlukan untuk manusia. Akan tetapi, jangan sampai salah langkah sehingga membawa kita ke Neraka.
Nafsu adalah musuh di dalam diri manusia. Sedangkan nafsu adalah sebagian dari diri manusia. Nafsu adalah jismul latif (tubuh halus yang tidak dapat dilihat). Kejahatan nafsu harus dibuang dari diri manusia. Jika tidak dibuang maka nafsu akan menjadi musuh. Tapi walaupun kita ingin membuangnya, nafsu tetap merupakan sebagian daripada diri. Oleh karena itu, melawan hawa nafsu adalah hal yang sangat sulit. Namun wajib mengawal dan mengatur nafsu.
Nafsu adalah jalan raya (highway) bagi syaitan. Ini menunjukkan syaitan dapat dilawan dengan melawan hawa nafsu secara mengurangi makan atau berpuasa. Jika nafsu tidak terdidik, jalan syaitan adalah besar. Sedangkan syaitan itu juga adalah musuh.
Hal ini menunjukkan bahwa nafsu lebih jahat daripada syaitan. Syaitan akan mendapat jalan atau peluang yang sangat besar untuk merusak manusia jika nafsu tidak terdidik.
Menghalau atau mengalahkan syaitan tidak boleh dilakukan dengan dijampi atau dibacakan ayat-ayat Quran. Cara melawan syaitan adalah dengan mendidik hawa nafsu. Jika nafsu terdidik niscaya syaitan akan kesulitan untuk mempengaruhi diri. Jika nafsu terdidik, jalan syaitan akan terputus. Yang boleh dilawan dengan dibacakan dengan ayat-ayat Quran adalah apabila syaitan merusak jasad lahir manusia. Jika hal ini terjadi, syaitan dapat dilawan dengan dibacakan Ayat Kursi, Surat An Naas dan lain-lain.
Tetapi jika syaitan menggoda dan merusak hati, bacaan-bacaan itu tidak dapat digunakan lagi. Jika hati rusak, rusaklah seluruh anggota badan. Oleh karena itu, kita tidak perlu merisaukan tentang syaitan tetapi didiklah nafsu dan bermujahadahlah. Jika nafsu tidak terdidik maka menjadi mudah bagi syaitan untuk mempengaruhi kita. Oleh karena itu perangilah nafsu, niscaya serangan syaitan akan tertahan.
Ulasan
Catat Ulasan