ABUYA DAN KOTA SEJUTA WALI (TARIM) NEGARA YAMAN.
Hadramaut atau Hedramaut ialah sebuah lembah bersejarah di negeri Yaman. Lembah ini cukup subur
dalam negeri Yaman yang umumnya keseluruhan tanahnya adalah
dari jenis padang pasir tandus
Kota Tarim itu nama sebuah kota di Hadramaut, Yaman ia digelar Kota Sejuta Wali. Kita boleh bertemu dengan anak-anak murid Abuya di merata penjuru dunia.
Kota Tarim itu nama sebuah kota di Hadramaut, Yaman ia digelar Kota Sejuta Wali. Kita boleh bertemu dengan anak-anak murid Abuya di merata penjuru dunia.
Termasukd dikota Tarim Yaman.
أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ ﴿٦٢﴾
Suatu ketika dulu Yaman pernah mengirim para pendakwah ke serata pelusuk dunia untuk mengembangkan Islam. Selain itu para pejuang Islam dari Yaman ke Timur ini untuk mencari 'Pemuda bani Tamim'.
Fata At Tamimi."Saya yakin, ini giliran Timur, khususnya giliran orang Melayu.
Fata At Tamimi."Saya yakin, ini giliran Timur, khususnya giliran orang Melayu.
Tapaknya di Malaysia. Kalau rakyat Malaysia faham, kita akan lihat satu perubahan yang luar biasa yang akan berlaku di Malaysia. Satu perubahan yang akan menguntungkan rakyat dan negara."Sebelum ianya berlaku Allah SWT proses negara dan rakyatnya benar-benar matang.Terutamanya dari sudut rohnya. Al Quran menjadikan orang orang mukmin sebagai kayu pengukur dalam melakukan sesuatu perbuatan atau pekerjaan.
Hukuman yang diputuskan adalah bergantung akan perbuatan kita dan Allah tetap dengan hukumannya. Setiap perbuatan yang baik mahupun kurang baik itu senantiasa dengan persaksian yang mengiringi persaksian Allah dan Rasulnya.Maka dengan sendirinya lah juga setiap perbuatan baik itu adalah keredhaan mereka dengan seiringan keredhaan Allah.
Kebaikan kekayaan hati yang hakiki, bolehlah diambil pandangan dari surah At-Taubah:105, bermaksud ”Dan katakanlah (wahai Muhammad SAW beramallah kamu akan segala yang perintahkan maka dengan sendirinya Allah dan rasul-Nya serta orang orang beriman akan melihat apa yang kita kerjakan”.
Sesungguhnya pengertian dan pengorbanan hati yang tinggi ini sekiranya telah menyerap didalam setiap ruang hati manusia yang beriman, dengan sendirinya menjadikan ia manusia yang mulia, berjiwa besar dan tidak menundukkan kepalanya dihadapan makhluk dan tidak sujud kepada kekuatan, kezaliman, glamour atau apa yang datang kepadanya.
Dalam mendidik hati manusia, Abuya memulakan dengan mengenalkan Allah sehingga terasa kewujudan Allah dalam hati, kemudian menyempurna kan dan memperhaluskan sembahyang. Inilah perkara yang paling baik. Kebanyakan manusia masuk sembahyang dan keluar dari sembahyang tanpa tahu apa yang mereka lakukan, sebab mereka tidak atau kurang menghayati sembahyang mereka.
Abuya Syeikh Ashaari Muhammad At Timimi, beliau mengajak manusia untuk bersungguh-sungguh mengusahakan rasa bersama dan bertemu dengan Allah dalam sembahyang mereka.Dalam kuliah sembahyang Abuya yang tajdid kita sudah mengikutinya, beliau memberitahu bagaimana bila berada dalam sembahyang dan apa yang dikata dalam sembahyang kerana orang yang masuk ke dalam sembahyang
mestilah memutuskan hubungannya dengan dunia dan masuk ke dalam alam Tuhan.
mestilah memutuskan hubungannya dengan dunia dan masuk ke dalam alam Tuhan.
Ini kata-kata wali.
Saya teringat satu kisah seorang ulama fikh yang bertanya kepada seorang ulama sufi dengan tujuan untuk mempersendakannya. “Apa hukum orang yang lalai dalam solat?”
Ulama sufi itu bertanya pula, “Pada kami atau pada kamu?”.
Ulama fikh bertanya, “Apakah ada dua mazhab?”
Jawab ulama sufi, “Betul.”
Kata ulamak fikh, “Apa hukumnya dalam kedua-dua mazhab itu?”
Ulama fikh bertanya, “Apakah ada dua mazhab?”
Jawab ulama sufi, “Betul.”
Kata ulamak fikh, “Apa hukumnya dalam kedua-dua mazhab itu?”
Ulama sufi menjawab,”Kalau pada kamu cukup sujud sahwi sudah selesai, tapi pada kami layaknya dia dibunuh atau dipotong kepalanya, kerana dia sedang menghadap dan bercakap-cakap dengan Tuhan, tiba-tiba dia lari dan pergi pada orang lain. Orang begini layak dipenggal kepalanya. ”
Beliau inginkan sembahyang yang seperti ini. Ini kata-kata yang agung dan tidak ada kata-kata yang lebih agung dari padanya. Tajuk sembahyang seperti yang Abuya kupas tidak ada lagi di dunia ini sekalipun di universiti-universiti dan pusat-pusat pengajian tinggi Islam, melainkan hanya ada pada orang-orang tasawuf dan wali-wali Allah.
Sembahyang beliau untuk Allah. Kerana itu kita perlu orang yang menyembah Allah seperti beliau, kerana dia akan membawa kita kepada Allah, Tuhan yang sebenar, bukan kepada
dunia.Akibat Memusuhi Wali Allah Sejarah berulang kembali, banyak orang seperti Al Hallaj dan Ibnu Arabi yang menghadapi tentangan tetapi akhirnya kemenangan untuk mereka.
dunia.Akibat Memusuhi Wali Allah Sejarah berulang kembali, banyak orang seperti Al Hallaj dan Ibnu Arabi yang menghadapi tentangan tetapi akhirnya kemenangan untuk mereka.
Allah berfirman “Barangsiapa yang memusuhi waliKu, Aku isytihar perang terhadapnya”.
Tiada yang lebih dahsyat daripada perang melawan Allah. Seperti yang terjadi pada Anwar Ibrahim, yang terjadi pada dirinya bukan peperangan dari wali Allah yang dijatuhkannya tetapi dari Allah. Ini satu yang pelik, ini pedang Allah. Manusia sangka mereka kuat tapi pedang Allah lebih gagah. Yang paling berat adalah memerangi wali Allah seperti beliau.Kalau kita tidak mahu bantu dia, diam saja dan perangi kemungkaran dengan cara kita, bukan malah memerangi kebaikan yang beliau perjuangkan. Saya yakin dengan Allah, kemenangan beliau hampir tiba.
Allah berfirman,
“Mereka hendak memadamkan cahaya Allah sedangkan Allah lah yang menyempurnakan cahayanya walaupun orang kafir/ingkar tidak suka”
Ketika disebut kata wali maka yang langsung terbayang dalam benak kita adalah suatu keanehan. Itulah yang dapat ditangkap dari kefahaman masyarakat terhadap wali ini. Maka bila ada orang yang bertingkah aneh, apalagi kalau sudah dikenal sebagai kyai, mempunyai indera keenam sehingga mengerti semua yang belum terjadi, segera disebut sebagai wali. Lalu siapakah wali Allah yang sebenarnya?
Definisi Wali
Secara etimologi, kata wali adalah lawan dari ‘aduwwu (musuh) dan muwaalah adalah lawan dari muhaadah (permusuhan). Maka wali Allah adalah orang yang mendekat dan menolong (agama) Allah atau orang yang didekati dan ditolong Allah. Definisi ini semakna dengan pengertian wali dalam terminologi Al Qur’an, sebagaimana Allah berfirman, “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (iaitu) orang-orang beriman dan selalu bertaqwa.”
(Yunus: 62 – 64)
(Yunus: 62 – 64)
Dari ayat tersebut, wali adalah orang yang beriman kepada Allah dan apa yang datang dari-Nya yang termaktub dalam Al Qur’an dan terucap melalui lisan Rasul-Nya, memegang teguh syariatnya lahir dan batin, lalu terus menerus hati merasa diawasi atau diperhatikan dengan keyakinan beramal dengan hati turut serta
muroqobah (diawasi oleh Allah), intiqamah dengan sifat ketaqwaan dan waspada agar tidak jatuh ke dalam hal-hal yang dimurkai-Nya berupa kelalaian menunaikan wajib dan melakukan hal yang diharamkan
muroqobah (diawasi oleh Allah), intiqamah dengan sifat ketaqwaan dan waspada agar tidak jatuh ke dalam hal-hal yang dimurkai-Nya berupa kelalaian menunaikan wajib dan melakukan hal yang diharamkan
Ibnu Katsir rohimahulloh menafsirkan: Allah Ta’ala menginformasikan bahawa para wali Allah adalah orang-orang yang beriman dan bertaqwa. Siapa saja yang bertaqwa maka dia adalah wali Allah (Tafsir Ibnu Katsir, 2/384).
Syaikh Ibnu Utsaimin rohimahulloh juga menjelaskan dalam Syarah Riyadhus Shalihin no.96, bahwa wali Allah adalah orang-orang yang beriman dan bertaqwa. Mereka merealisasikan keimanan di hati mereka terhadap semua yang wajib diimani, dan mereka merealisasikan amal soleh pada anggota badan mereka, dengan menjauhi semua hal-hal yang diharamkan seperti meninggalkan kewajiban atau melakukan perkara yang harom. Mereka mengumpulkan pada diri mereka kebaikan batin dengan keimanan dan kebaikan lahir dengan ketaqwaan, merekalah wali Allah.
Wali Allah Adalah yang Beriman Kepada Rasulullah SAW.
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitabnya yang berjudul Al Furqan Baina Auliya’ir Rohman wa Auliya’us Syaithon hlm. 34 mengatakan: “Wali Allah hanyalah orang yang beriman kepada Rasulullah ShallAllahu ‘alaihi wa sallam, beriman dengan apa yang dibawanya, dan mengikuti secara lahir dan batin. Barangsiapa yang mengaku mencintai Allah dan wali-Nya, namun tidak mengikuti beliau maka tidak termasuk wali Allah bahkan jika dia menyelisihinya maka termasuk musuh Allah dan wali setan. Allah Ta’ala berfirman, “Katakanlah: ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, nescaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu’.”
(Ali Imron: 31)
Hasan Al Basri berkata: “Suatu kaum mengklaim mencintai Allah, lantas Allah turunkan ayat ini sebagai ujian bagi mereka”.Allah sungguh telah menjelaskan dalam ayat tersebut, barangsiapa yang mengikuti Rasulullah SAW maka Allah akan mencintainya. Namun siapa yang mengklaim mencintai-Nya tapi tidak mengikuti baginda SAW maka tidak termasuk wali Allah. Walaupun banyak orang menyangka dirinya atau selainnya sebagai wali Allah, tetapi kenyataannya mereka bukan wali-Nya.Dari huraian di atas, terlihat bahawa mencakup definisi wali ini begitu luas, mencakup setiap orang yang memiliki keimanan dan ketaqwaan. Maka wali Allah itu maqamnya dibawah Para nabi. Mereka yang paling utama adalah para rasul. Para Rasul yang paling utama adalah ‘ulul azmi. Sedang ‘ulul azmi yang paling utama adalah Nabi kita Muhammad SAW.
Ulasan
Catat Ulasan