MENCARI KEBAHAGIAAN?
Mencari kebahagiaan adalah fitrah murni setiap manusia. Tidak melihat apakah itu lelaki atau perempuan, tua atau muda, orang kaya atau orang miskin, orang besar atau orang kecil. Semua menginginkan kebahagiaan. Segala tindak tanduk manusia dapat kita lihat tidak lain dan tidak bukan hanya untuk mencari kebahagiaan.
Kebahagiaan itu bukan terletak pada tangan, mata, kaki, telinga atau yang lainnya. Tetapi kebahagiaan itu terletak pada hati atau jiwa. Orang yang mendapat kebahagiaan akan merasa ketenangan hati, ketenangan jiwa dan keindahan roh. Kalau kita lihat berbagai cara dan jalan telah ditempuh oleh manusia untuk mendapatkan kebahagiaan.
Ada yang mencari kebahagiaan melalui kekayaan, pangkat, nama, kemasyhuran atau isteri yang cantik. Tetapi yang menjadi permasalahan sekarang adalah, benarkan semua itu dapat memuaskan hati manusia dengan mutlak?
Kalau mencari kebahagiaan itu diusahakan dengan kebendaan, percayalah…manusia akan gagal mencapai kebahagiaan,yang ada adalah manusia akan mencapai kekecewaan,
manusia akan merasa malang sepanjang hari, jiwa tidak tenang, tidak tenteram sepanjang masa. Inilah yang dikatakan Neraka sementara sebelum merasakan Neraka yang hakiki dan dahsyat serta mengerikan di akhirat nanti.
Buktinya dapat kita lihat, orang-orang
yang mencari kebahagiaan melalui :
1.Kekayaan
Setelah manusia itu mendapat kekayaan, ia tidak akan dapat terhindar dari masalah-masalah yang tidak menyenangkan. Iaitu ujian-ujian. Ujian-ujian itu merupakan sunnatullah yang sengaja Allah datangkan kepada setiap manusia. Contohnya, ia tidak dapat terhindar dari sakit yang Allah datangkan kepadanya. Jika sudah ditimpakan kesakitan maka diwaktu itu kekayaan tidak berguna lagi. Atau dalam waktu-waktu yang lain terjadi pencurian, kebakaran, diancam dan sebagainya. Kalau semua itu terjadi, walau sekaya apapun ia, tidak dapat memberi kebahagiaan kepada manusia.
2.Pangkat dan Jabatan
Dalam keadaan mencari kebahagiaan melalui pangkat, ia juga tidak dapat terhindar daripada dihina oleh orang yang diatasnya. Ia tidak dapat terhindar dari hasad dengki dari orang lain yang berada di atasnya, semua orang akan benci sebab untuk mendapatkan pangkat ia selalu mengumpat orang, memfitnah, menjatuhkan orang lain agar orang memberi perhatian kepadanya.
Apabila sudah mendapat pangkat apakah ia dapat terhindar dari ujian-ujian yang Allah datangkan kepadanya?. Apakah ia dapat terhindar dari kematian anak, isteri, keluarga atau orang yang dicintai? Apakah pangkat tersebut dapat memberi kebahagiaan dan ketenangan jiwa pada seseorang?
3.Nama dan Glamor
Begitu juga kalau seseorang itu mencari kebahagiaan dengan nama kemasyhuran dan isteri cantik, ia tidak akan dapat merasakan kebahagiaan dan ketenangan. Orang yang mencari kebahagiaan dengan dunia atau material semata-mata tidak akan menemui kebahagiaan selama-lamanya.
iaaelakaan yang datang, yaitu kesengsaraan dan penderitaan
di dunia lagi.
Kita lihat beberapa contoh :
Bintang filem terkenal yang dipuja orang iaitu Marilyn Monroe dan Elvis Presley mati bunuh diri. Dikalangan selebriti kita perceraian sudah menjadi budaya,baru menikah 3 sampai 5 tahun rumah tangga sudah hancur dan anak terkorban, sedangkan mereka pada lahiriah atau material seolah-olah sudah mendapat kebahagiaan, kaya dan ,muda usia, wajah tampan dan cantik.
Tetapi mengapa terjadi demikian?
Ada juga di kalangan mereka yang mencuba bunuh diri, tetapi dapat diselamatkan. Ada yang tidak berani bunuh diri, tetapi terlibat dengan ganja, narkotik, minuman keras dan bermacam-macam kejahatan yang mengerikan dan merosakkan
masyarakat. Mereka anggap itu kebahagian. Ada yang terlibat dengan hiburan-hiburan yang tidak sehat, prostitusi, dll.
masyarakat. Mereka anggap itu kebahagian. Ada yang terlibat dengan hiburan-hiburan yang tidak sehat, prostitusi, dll.
Ada juga yang berusaha sungguh-sungguh agar dapat memberi kebahagiaan , kepuasan jiwa dan ketenangan hati. Mereka tinggalkan segala-galanya membawa diri mengikuti rasa hati, kesana ke mari tidak tentu arah. Ada yang membiarkan pakaiannya compang-camping-,, seolah-olah ingin hidup seperti rumput dan angin. Malah
seringkali budaya seperti ini yang menjadi masalah pada masyarakat sekarang ini.
seringkali budaya seperti ini yang menjadi masalah pada masyarakat sekarang ini.
Benarlah firman Allah SWT yang artinya :
”Tidak ada hidup di dunia ini, melainkan harta benda yang menipu daya”
(Q.S Al Hadid : 20)
Di dunia pun sudah tertipu dan mengecewakan,karena mereka yakin pangkat, kekayaan, nama dan kemasyhuran, serta isteri cantik dapat memberikan kebahagiaan , tetapi semua itu telah menipu mereka. Di akhirat nanti baru dia sadar bahwa dunia ini menipunya, hingga menjadikan dia lupa perintah Allah. Dunia lah yang menyebabkan dia terjun ke Neraka.
Sehingga kelak akan terkejut dengan janji Allah dalam firmanNya yang artinya :
”Rasakanlah azab dan siksa yang pedih”
Kalau begitu dimanakah kebahagiaan yang hakiki? Apakah di dunia atau akhirat? kebahagiaan yang hakiki dan sejati adalah setelah kita beriman kepada Allah dan Rasul serta melaksanakan apa yang diwajibkan dan meninggalkan apa yang dilarang dengan sepenuh hati dan ikhlas.
Allah berfirman yang artinya :
”Ketahuilah bahwa dengan mengingati Allah itu hati akan tenang (jiwa akan tenang)” (Q.S : Ar-Raad : 28.)
Yang dimaksud tenang adalah tenang dengan dunia, tidak risau dengan dunia, tidak risau dengan rizkinya di dunia, tidak mudah tertipu dengan gemerlap dunia. Tetapi yang dirisaukan adalah nasibnya di akhirat serta dosa-dosanya kepada Allah Dimana di akhirat nanti tidak berguna lagi harta kekayaan, pangkat, pujian dari orang dan isteri yang cantik. Semua tidak akan dapat memberi manfaat lagi dihari akhirat.
Firman Allah yang artinya :
”Di hari itu tidak berguna lagi harta dan anak-anak, kecuali mereka yang datang kepada Allah dengan membawa hati yang selamat sejahtera”
( Q.S : Asy-Syuaraa : 88 – 89)
Berikut ada sebuah sajak dari Abuya Ashaari Muhammad At Tamimi berjudul “Musafir Kelana” untuk kembali meyakinkan hati kita tentang hakikat hidup ini..Kita di dunia adalah musafir kelana Di sini bukan tempat tinggal berlama-lama.Hidup di dunia hanya sementara.Ke Akhirat sana tujuan kita
Di waktu musafir carilah barang-barang yang berguna sebanyak-banyaknya
Untuk dibawa pulang ke Akhirat sana
Jangan bawa barang-barang yang salah
Di sana nanti hukuman menunggu kita
Di waktu di dunia jangan kita lupa
Di dunia bukan tempat tinggal kita
Mau ataupun tidak mau kita terpaksa ke sana.
Kalau tidak ada amal baik yang dibawa kecewalah kita
Ingatlah jangan kita terlalai
Berhati-hatilah dengan dunia yang menipu kita. Jika kita tersilap di dunia ini..Merana selamanya di Akhirat sana
Ingatlah sebelum terlambat…
Reference: Kuliah Kesadaran Abuya Ashaari Muhammad At Tamimi berjudul “ Mencari Kebahagiaan”.
Ulasan
Catat Ulasan