Langkau ke kandungan utama

IMAN ASAS PERIBADI MUKMIN.



Iman adalah asas penting, yang menjadi landasan tempat berdirinya peribadi mukmin. Kalau manusia diibaratkan seperti sebatang pohon, maka iman adalah akar tunjang untuk pohon itu. Kalau manusia diibaratkan seperti sebuah rumah, maka iman adalah tapak berdirinya rumah itu.
Demikianlah pentingnya iman dalam usaha melahirkan seorang manusia yang sempurna dan diredhai Allah SWT. Tanpa iman, seseorang itu akan sama seperti pohon yang tidak berakar tunjang atau rumah yang tidak memiliki tapak yang kukuh. Maknanya, seseorang yang tidak memiliki iman tidak akan memiliki kekuatan untuk berhadapan dengan hidup. Dia pasti gagal.
Kalaupun ada tanda-tanda Islam melalui ibadah lahir, tetapi ibadah itu tidak akan berfungsi apa-apa sewaktu manusia yang tidak memiliki iman berhadapan dengan persoalan-persoalan hidup. Semakin banyak ibadah, semakin cepat gagalnya, seperti halnya semakin besar pohon yang tidak berakar tunjang, maka semakin cepat tumbangnya atau makin besar rumah yang didirikan di atas lumpur, makin cepat robohnya.
Datang ujian kecil pun, orang yang tidak memiliki iman sudah goyang. Apalagi ketika berhadapan dengan ujian-ujian yang besar, hanyut dan tenggelamlah ia. Sejarah telah membuktikan hal itu dalam berbagai bentuk. Seorang wali Allah dengan 'karamah-karamah' yang luar biasa, pengikut berpuluh ribu dan ibadah pun seperti ibadah nabi-nabi, tetapi di akhir hayatnya telah kafir karena telah berhasil ditipu oleh syaitan hanya dengan seteguk arak dan seorang wanita.
Islam dapat tegak dan mekar dalam pribadi atau masyarakat manusia hanya kerana ada dan kuatnya iman. Tanpa iman yang kuat, Islam hanyalah satu simbol lahiriah yang diamalkan sebagai satu amalan tradisi dan kebiasaan semata-mata. Sebaliknya iman yang kuat akan menghasilkan peribadi yang benar-benar kuat dan Islami.
Islam adalah amalan lahir, Iman adalah amalan hati (batin). Kalau iman kuat, Islam pasti kuat. Tetapi kalau Islam yang kuat belum tentu imannya kuat. Hal ini mesti diperhatikan betul-betul. Jangan sampai kita menjadi orang yang kuat beramal saja tetapi lemah imannya, sebaliknya jadilah orang yang kuat beriman dan kuat beramal. Allah menjanjikan keuntungan tertentu hanya bagi orang-orang yang beriman dan beramal.
Firman Allah SWT:
"Demi masa, sesungguhnya manusia itu semuanya berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholeh"
[Al 'Asr: 1-3]
Allah menyebutkan iman terlebih dahulu, sebagai syarat bahwa amalan yang diawali atau didorong dengan iman sajalah yang akan dinilai. Rasulullah turut mengingatkan itu dengan sabda baginda :
"Allah tidak melihat kepada rupamu dan hartamu (gambaran lahir) tetapi Dia melihat hati kamu dan amalan kamu"
[Riwayat Muslim]
Sebanyak apapun amalan lahir seperti solat, puasa, menutup aurat, zikir, doa, sedekah, berjuang dan berjihad tidak ada arti apa-apa tanpa iman di sisi Allah.
Saya tegaskan sekali lagi bahwa, orang-orang yang beriman sudah tentu akan beramal. Tetapi orang yang beramal belum tentu benar-benar beriman. Dan orang lain yang tidak beramal sama sekali, tentu lebih lemah imannya atau tidak memiliki iman sama sekali. Sebab itu Allah sering mengingatkan bahwa amalan yang akan diterima-Nya hanyalah amalan dari orang-orang yang beriman. Di antara firman-firman Allah yang menunjukkan demikian adalah :
"Maka siapa yang mengerjakan amal soleh, sedang ia beriman, maka usahanya itu tidak diabaikan dan sesungguhnya kami menuliskan amalan itu untuknya"
[Al Anbia : 94]
"Dan orang-orang yang beriman dan beramal soleh, mereka itu penghuni Syurga, mereka kekal di dalamnya"
[Al Baqarah 2: 82]
Berdasarkan ayat-ayat itu, kita hendaknya faham atau sedar tentang pentingnya iman itu melebihi amalan-amalan yang lain. Orang yang mengaku beriman tetapi tidak mau beramal adalah penipu. Orang yang beramal tapi tidak beriman adalah tertipu. Oleh sebab itu sebaiknya bersiap-siap untuk memeriksa hati kita sendiri, apakah beriman atau tidak. Cara pemeriksaan itu hendaknya sistematik dan ilmiah, bukan mengira-ngira tanpa panduan.
Iman menurut lughah (bahasa yang digunakan sehari-hari) berarti percaya. Sebab itu orang yang beriman dikatakan orang yang percaya. Siapa yang percaya maka dia dikatakan beriman. Tidak ada uraian tentang bagaimana cara dan syarat percaya yang dimaksud.
Yang kedua takrif (pengertian) iman menurut istilah syariat Islam adalah seperti disabdakan oleh Rasulullah SAW yang berbunya :
"Iman adalah mengenal dengan hati, mengucapkan dengan lidah dan mengamalkan dengan jasad (anggota lahir)"
[At Tabrani]
Dengan Hadist itu kita diberitahu bahwa iman adalah keyakinan yang dibenarkan oleh hati, diucapkan dengan mulut (lidah) dan dibuktikan dengan amalan. Ringkasnya orang yang beriman adalah orang yang percaya, mengaku dan mengamalkannya. Tanpa ketiga syarat itu, orang itu belum tentu dikatakan memiliki iman yang sempurna. Bila satu dari tiga faktor itu tidak ada, maka dalam Islam orang itu akan dimasukkan ke dalam golongan lain, mungkin fasik, munafik atau kafir.
Mari kita lihat apa yang terjadi pada orang yang tidak memenuhi ke-3 syarat iman tersebut :
1. Seseorang yang beriman dengan ucapan "Lailahaillallah" dan memiliki keyakinan, tetapi tidak beramal atau amalannya tidak sempurna sebagaimana yang dikehendaki, dimasukkan dalam golongan mukmin yang fasik atau mukmin 'asi (durhaka). Di akhirat nanti tempat mereka adalah Neraka. Bila iman yang dimiliki itu sah, maka masih ada peluang untuknya ke Syurga, setelah disiksa dengan siksaan yang pedih.
2. Seseorang yang memiliki keyakinan tetapi tidak mau mengikrarkan "Lailahaillallah" baik beramal atau tidak, dimasukkan kedalam golongan kafir. Ada juga qaul yang memasukkan mereka dalam golongan fasik. Tapi menurut qaul yang lebih kuat, mereka termasuk golongan kafir. Bila meninggal mereka tidak boleh dikuburkan di tanah pekuburan Islam, dan di akhirat nanti akan kekal tersiksa dalam Neraka.
3. Seseorang yang mengucapkan "Lailahaillallah", kemudian beramal dengan segala tuntutannya (sedikit atau banyak) tetapi keyakinannya masih diliputi keragu-raguan, digolongkan sebagai orang munafik. Ragu-ragu yang dimasukkan di sini bukan saja pada Allah, tetapi mungkin pada Rasul, malaikat, kitab, hari Kiamat atau qadha dan qadar.
Apabila seseorang mengucapkan kalimat tersebut, maka ia menjadi seorang Islam. Tetapi belum bisa dikatakan beriman, walaupun ia mengerjakan shalat, puasa, zakat dan haji. Hal ini diberitahukan oleh Allah SWT melalui firman-Nya :
"Orang Arab Badwi itu berkata "Kami telah beriman," Katakanlah (pada mereka), "Kamu belum beriman." Tetapi katakanlah olehmu "Kami telah tunduk (Islam)," karena iman itu belum masuk kedalam hatimu, dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun (pahala amalanmu), sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
[Al Hujurat : 14]
Dari ayat itu dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Seseorang yang Islam belum pasti beriman, tetapi orang yang beriman sudah pasti Islam.
2. Islam dapat diketahui melalui amalan-amalan lahir, sedangkan iman adalah amalan hati (batin).
PERINGKAT IMAN
Iman antara satu orang dengan seorang yang lain tidak sama. Ulama telah membagi iman menjadi 5 peringkat :
1. Iman Taqlid
2. Iman Ilmu
3. Iman 'Ayan
4. Iman Hak
5. Iman Hakikat
Iman Taqlid

" Iman Taqlid adalah iman ikut-ikutan, yaitu orang yang beriman dengan semua rukun iman tetapi hanya ikut-ikutan saja.
" Pegangan Islamnya tidak kuat, prinsip Islamnya tidak kukuh. Dia tidak memiliki alasan yang kuat mengapa ia beriman. Kalau ditanya, "Apa bukti wujudnya Allah ?" Dia hanya mampu menjawab, "Saya mendengar orang berkata ada, maka saya pun mengatakan ada".
" Sandaran keyakinannya pada orang lain, dia tidak memiliki dalil 'aqli maupun naqli (dalil akal atau dalil Al Quran) untuk membuktikan keyakinannya pada rukun iman.
" Majoriti umat Islam hari ini, baik berpangkat atau tidak, miskin atau kaya, bodoh atau bijak, adalah orang-orang yang beriman taqlid. Mereka yang beragama Islam karena secara kebetulan dilahirkan dari ibu dan bapak yang beragama Islam. Keyakinan mereka kepada Allah hanya karena kebiasaan sejak lahir.
" Mereka lebih tahu tentang anatomi seekor kuman yang sangat kecil, daripada Allah Yang Maha Besar. Mereka lebih mahir tentang bentuk bumi yang sulit dan rumit daripasa suasana kiamat yang dahsyat. Mereka lebih yakin dengan teori sains daripada janji-janji Allah yang terkandung dalam Al Quran dan Hadist.
" Sifat orang yang beriman taqlid terhadap agama Islam seperti daun kering yang ditiup angin kesana-kemari. Mereka tidak dapat mengawal keyakinan nafsu yang liar, juga tidak sanggup berhadapan dengan ujian.
Menurut dalil yang paling jelas, iman taqlid ini tidak sah. Segala amal ibadah orang yang beriman taqlid tertolak dan tidak mendapat pahala di sisi Allah. Bila iman seseorang ini tidak diterima, seluruh amalannya tidak akan diterima. Kalau orang ini mati dalam keadaan taqlid tanpa berniat menuntut ilmu dan menambah iman, maka mati sebagai orang kafir dan kekal di dalam Neraka. Tetapi Allah memberi maaf kepada orang yang terlalu bodoh, walaupun telah belajar sungguh-sungguh tapi masih tidak dapat. Ada ulama yang mengatakan iman taqlid bagi orang seperti itu, dengan syarat keyakinannya masih jazam.
Iman Ilmu

Iman Ilmu adalah iman yang berdasarkan ilmu, yaitu seorang yang telah mempelajari tentang Allah, malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, hari kiamat dan lain-lain yang diwajibkan mengimaninya. Ilmu minima yang mesti dimiliki oleh seseorang yang membolehkan berada di taraf iman ilmu adalah :
1. 20 Sifat yang wajib bagi Allah dengan dalil-dalil 'aqli (akal) dan naqli (Al Quran) secara ijmali (ringkas, tanpa kutipan yang terperinci)
2. 20 Sifat yang mustahil bagi Allah dengan dalil-dalil 'aqli dan naqli secara ijmali.
3. 1 Sifat yang mubah (harus) bagi Allah dengan dalil-dalil 'aqli dan naqli secara ijmali.
4. 4 Sifat yang wajib bagi Rasul, 4 Sifat yang mustahil bagi Rasul dan satu sifat yang boleh bagi Rasul dengan dalil-dalil 'aqli dan naqli secara ijmali.
Kesemua sifat Allah dan Rasul yang berjumlah 50 itu diyakini dan difahami sungguh-sungguh. 50 Sifat inilah yang terkandung dalam kalimat syahadat. Inilah yang dikatakan 'aqaidul iman atau kesimpulan iman. Jika seseorang itu telah mempelajarinya, memahami dan menyakininya maka orang ini dikatakan beriman ilmu.
Sifat-sifat orang yang beriman ilmu ialah :
1. Imannya serta keyakinannya berasas dan kuat bertunjang pada akalnya.
2. Iktiqadnya disertai dengan dalil yang kuat serta pegangan yang kukuh.
3. Mereka benar-benar berada dalam fikiran tauhid yang mantap dan unggul, tidak mudah goyang dan terpengaruh dengan faham dan ideologi selain Islam.
4. Walaupun begitu, mereka tidak kuat melawan hawa nafsu dan syaitan.
5. Mereka tidak takut pada Allah dan mudah berbuat durhaka pada Allah.
6. Mereka hanya mampu mengatakan Islam tapi tidak mampu berbuat atau mengamalkannya. Mereka tidak takut dengan ayat Allah yang berbunyi :
"Wahai orang-orang yang beriman, jangan kamu perkatakan apa yang tidak kamu lakukan. Teramat besar kebencian di sisi Allah, apa yang kamu katakan tetapi tidak kamu lakukan"
[As Shaf : 2-3]
Jadi iman ilmu belum lagi dapat menyelamatkan seseorang itu dari Neraka Allah, karena imannya baru berasas di akal dan belum menjunam ke hati.
Iman Ayan

Iman Ayan, tarafnya lebih tinggi dari iman ilmu. Hasil dari latihan yang bersungguh-sungguh, orang yang beriman ilmu akan meningkat kepada iman ayan. Antara sifat orang-orang yang beriman ayan adalah :
1. Imannya bertempat di hati (jiwa), bukan lagi di pikiran sebagaimana orang beriman ilmu.
2. Hatinya senantiasa mengingati Allah. Dia senantiasa mempunyai hubungan hati dengan Allah, firman Allah :
Mereka yang senantiasa mengingati Allah dalam waktu berdiri, waktu duduk, dan waktu berbaring, dan mereka senantiasa memikirkann tenatng kejadian langit dan bumi, seraya mereka berkata, "Wahai Tuhan kami, tidak Engkau jadikan semua ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, jauhilah kami dari azab Neraka".
[Ali Imran : 191]
3. Ibadahnya khusyuk dan meresap ke hati.
4. Senantiasa merasakan kebesaran Allah di mana saja berada dan menyerah diri kepada Allah tanpa syak dan ragu, firman Allah :
"Sesungguhnya orang yang sebenarnya beriman ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya kemudian mereka tidak ragu-ragu berjihad dengan harta dan diri mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar"
[Al Hujurat : 15]
5. Hati sensitif dengan Allah. Bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka. Firman Allah :
"Bahwasanya orang Mukmin yang sebenar apabila disebut nama Allah, dan dibaca ayat-ayat Quran, bertambah iman mereka dan hanya kepada Tuhan mereka (Allah) saja mereka menyerah diri."
[Al Anfal : 2]
6. Semua perintah Allah, kecil atau besar dipatuhi dan semua larangan Allah baik sesuai atau tidak sesuai nafsunya, ditinggalkan dengan penuh kerelaan. Firman Allah :
"Kami dengar dan kami taat, mereka itulah orang-orang yang beruntung."
[An Nur : 51]
7. Terlalu sensitif dengan dosa. Sabda Rasulullah :
"Orang Mukmini itu, apabila terbuat sedikit dosa, terasa seperti gunung yang besar, yang hendak menimpa mereka."
8. Sangat berakhlak dengan Allah dan dengan manusia. Hati senantiasa merasa khusyuk, takut, terasa diawasi oleh Allah, tidak cinta dunia dll.
9. Sabar berhadapan dengan ujian-ujian hidup. Sudah mampu mengamalkan Islam dalam diri, keluarga dan masyarakat.
10. Senantiasa mendapat bantuan dan pertolongan dari Allah.
11. Tidak lama di hisab di akhirat dan mudah masuk ke syurga.
Di dalam Al Quran, Allah memuji golongan yang beriman ayan dan menamakan mereka dengan berbagai nama yang baik, diantaranya :
Solehin (orang-orang yang baik), Abrar (orang-orang yang berbakti), Muflihun/Al faizun (orang-orang yang mendapat kemenangan), Ashabul Yamin (orang yang akan menerima suratan amalan dari sebelah kanan di Padang Mahsyar nanti.
Iman Haq

Iman haq adalah iman yang sebenarnya, yang dicapai sesudah iman ayan. Seseorang yang mencapai iman haq, mata hatinya melihat Allah, artinya setiap kali ia melihat kejadian, hati dan fikirannya tertumpu kepada Allah.
Sifatnya ialah :
1. Ingatannya kepada Allah bukan dibuat-buat, terasa hebat dan takut kepada Allah setiap masa. Hatinya tidak lekang dari mengingati Allah, karam atau khusyuk dengan-Nya.
2. Hati tidak terpaut dengan dunia dan tidak dapat dilalaikan oleh nafsu dan syaitan. Cintanya penuh pada Allah dan pada kehidupan akhirat.
3. Mereka diberi gelar sebagai Muqorrobin oleh Allah, yakni orang-orang yang terlalu dekat dirinya dengan Allah.
4. Kebaikan orang soleh itu dianggap satu kejahatan oleh orang-orang Muqorrobin.
5. Mereka lah yang dikenal sebagai wali Allah, karena memiliki sifat-sifat istimewa, sebagaiman firman Allah :
"Sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak pernah merasa takut dan duka cita"
[Yunus : 62]
6. Hati dihiasi dengan sifat-sifat mahmudah seperti zuhud, ikhlas, tawadhuk, dan lain-lain.
7. Mereka senantiasa menunaikan perintah Allah, tidak merasa gembira bila dpuji dan tidak merasa hina bila dikeji.
8. Kebahagiaan hati mereka lebih utama daripada harta. Mereka mendapat Al Jannatul 'Ajilah atau syurga yang disegerakan.
9. Mereka cinta akhirat sebagaimana orang lain mencintai dunia. Mereka inilah yang layak Allah serahkan dunia ini untuk diurus. Firman Allah :
"Sesungguhnya Allah akan wariskan bumi ini kepada orang yang soleh".
[Al Anbiya : 105]
Iman Hakikat

Iman hakikat ialah peringkat iman yang tertinggi dan paling sempurna. Inilah taraf iman yang dimiliki oleh para Rasul, Nabi, Khulafaur Rasyidin dan wali-wali besar, yaitu para kekasih Allah. Mereka akan ditempatkan oleh Allah di dalam syurga yang paling tinggi. Mereka dimasukkan ke dalam syurga tanpa melalui hisab. Hidup mereka 24 jam asyik dengan Allah. Hati mereka kekal mengingati Allah dalam tidur maupun berjaga. Setiap perbuatan mereka semua menjadi ibadah kepada Allah. Ibadah mereka hebat, solat sunat paling kurang 300 rakaat sehari semalam. Akhlak mereka terbaik dan termulia. Allah akan turunkan barakah di mana mereka berada. Merekalah golongan super-scale akhirat. Hidup di dalam Syurga Yang Maha Indah dan Maha Lazat. Allah kurniakan nikmat tersebut untuk membalas cinta dan pengorbanan mereka yang sungguh besar.
Setelah kita mengenal peringkat mana iman kita, hendaklah kita meningkatkannya hingga mencapai tingkat iman yang tinggi yang selamat sejahtera menuju Allah.

Ulasan

Catatan popular daripada blog ini

MENGENAL ABUYA.

Siapakah Abuya? Mengapa kita perlu kenal dia? Kita perlu mengenalinya dengan tepat supaya kita faham dia, faham pemikiran, perasaan, perbuatan dan perjuangannya. Tak kenal maka tak cinta. Jika tak cinta maka tak bersungguh-sungguh dalam memperjuangkan Islam yang Abuya perjuangkan. Kenapa banyak orang yang mengaku cinta Abuya, tapi bila berlaku ujian jadi keliru lalu meninggalkan perjuangan Abuya, bahkan ada yang membenci dan memusuhi Abuya?  Sebenarnya mungkin pengenalan mereka tentang Abuya tak tepat, tak jitu. Mungkin kenal pada sudut-sudut tertentu sahaja.  Maklumlah minat setiap orang tak sama. Ada yang minat perniagaan, maka dia sangat terinspirasi dengan sistem ekonomi yang Abuya lagangkan. Ada yang minat pendidikan, maka dia sangat respek Abuya dari sudut pendidikan. Ada yang minat poligami, maka dia sangat nak belajar pada Abuya bagaimana nak buat poligami yang harmoni. Ada yang minat cara susun kasut ala Abuya, maka dia pun ikut disiplin susun kasut itu. Ada yang mina

NEGARA SYAM.

NEGARA SYAM (JORDAN, PALESTIN,HEBRON, SYRIA) Negara Jordan menjadi tempat transit bagi Abuya sebelum meneruskan perjalanan ke negara negara lain. Jordan juga dikenali dengan bumi Anbiya. Jordan juga banyak meninggalkan kesan  peninggalan purba yang berusia  ribuan tahun. Ia banyak di Jordan atau dulu dikenali dengan negeri Syam. Wilayah Syam zaman kebangkitan pertama mengandungi Jordan, Palestin, Lubnan dan Syria. Di era kebangkitan kali kedua Syam telah terpecah kepada empat negara. Ia dilakukan oleh penjajah. Kini terdapat negara Jordan, Palestin, Lubnan dan Syria secara berasingan satu sama lain. Jordan era terkini dikenali dengan Kerajaan Hasyimiyah Jordan, (Hashemite Kingdom of Jordan) atau lebih dikenali dengan nama Jordan sahaja  merupakan sebuah negara Arab yang terletak di Asia Barat (dulu dianggap Timur Tengah) bersempadan dengan negara-negara Arab yang lain. Ia terletak pada koordinat 34-29 Utara 35-39 Timur iaitu di sebelah Barat La

KEBANGKITAN ISLAM AKHIR ZAMAN.

KEBANGKITAN ISLAM AKHIR ZAMAN. Allah telah mengkhabarkan kepada kita melalui lidah Rasul-Nya bahawa Allah telah ‘set’kan satu Jadual Allah SWT untuk umat yang datang sesudah wafatnya Nabi akhir zaman. Itulah kasih sayang Allah dan Rasul-Nya kepada umat Islam, yang untuk mereka tidak ada lagi nabi dan rasul.Maka diceritakan lah perkara-perkara yang bakal terjadi sama ada yang positif atau negatif. Dengan mengetahui dan memahami jadual itu, umat Islam terpandu atau terpimpin untuk menghadapi dan menerima takdir yang bakal berlaku. Antara jadual yang dimaksudkan itu ialah, Rasulullah SAW bersabda: Yang artinya : "Telah berlaku Zaman Kenabian ke atas kamu, maka berlakulah zaman kenabian sebagaima­na yang Allah kehendaki. Kemudian Allah mengangkat zaman itu. Kemudian berlakulah Zaman Kekhalifahan (Khulafaur Rasyidin) yang berjalan seperti zaman kenabian. Maka berlakulah zaman itu sebagaimana yang Allah kehendaki. Kemudian Allah mengangkat nya. Lalu berlakulah zaman