IRAQ:KHAZANAH ILMU & PURBA.
Basra merupakan bandar kedua terbesar di Iraq. Bandar ini merupakan
pelabuhan utama Iraq serta ibu negeri Basra. Kota Basra
juga dikenali lubuk ilmu. Seorang ulama yang terkenal
terutamanya di bidang ilmu tauhid atau ilmu Usuluddin.
Tokoh ulama tersebut ialah
Syeikh Abu Hassan Al Ashaari.
pelabuhan utama Iraq serta ibu negeri Basra. Kota Basra
juga dikenali lubuk ilmu. Seorang ulama yang terkenal
terutamanya di bidang ilmu tauhid atau ilmu Usuluddin.
Tokoh ulama tersebut ialah
Syeikh Abu Hassan Al Ashaari.
Beliau seorang ulama yang terkenal di awal kurun
ketiga Hijrah. Kehebatan Syeikh Abu Hassan Al Ashaari melayakkan dan menjadikan nya mujaddid di kurunnya.Ilmu Usuluddinnya sangat mengkagumkan. Perbahasan-perbahasan yang dibuat oleh Abu Hassan
Al Asyaari ini telah ubah dan pecahkan tradisi di zaman nya.Dengan menggunakan dalil Al Quran diperkuatkan dengan hujah atau dalil akal.
ketiga Hijrah. Kehebatan Syeikh Abu Hassan Al Ashaari melayakkan dan menjadikan nya mujaddid di kurunnya.Ilmu Usuluddinnya sangat mengkagumkan. Perbahasan-perbahasan yang dibuat oleh Abu Hassan
Al Asyaari ini telah ubah dan pecahkan tradisi di zaman nya.Dengan menggunakan dalil Al Quran diperkuatkan dengan hujah atau dalil akal.
Bahkan keadah dan metod daripada ulama besar inilah yang diterima sebagai pegangan atau aqidah oleh empat mazhab ahli sunnah
Wal jamaah iaitu pengikut-pengikut Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi'i dan Imam Hambali, sejak ribuan
tahun yang lampau hinggalah
sekarang ini.
Wal jamaah iaitu pengikut-pengikut Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi'i dan Imam Hambali, sejak ribuan
tahun yang lampau hinggalah
sekarang ini.
Wali menurut bahasa berarti "wakil" atau "perwakilan", dan menurut istilah wali Allah adalah wakil dari keberadaan Allah Ta'ala di bumi setelah para Nabi sebagai manusia yang diberi beberapa kelebihan ilmu untuk mengajarkan ajaran Islam dan mengajak manusia untuk menuju jalan yang benar serta membina manusia. Selain itu, wali Allah juga dibekali beberapa karomah (keistimewaan) sebagai pembeda dari orang-orang biasa. Keberadaan para wali Allah ini juga berbeda-beda sesuai tugasnya. Masyarakat Indonesia khususnya Jawa mengenal wali songo sebagai para wali yang menyebarkan ajaran Islam ketika masa-masa kerajaan.
Selain bandar Basra menjadi
lubuk ilmu ia juga menjadi pusat ekonomi dengan ada nya kemudahan pelabuhan yang menjadi pemangkin ekonomi Iraq. Negeri-negeri di sebelah utara Iraq berada di antara dua sungai. Iaitu sungai Dajlah dan sungai Furat. Dari bandar Tishfun hinggalah ke bandar Mausul adalah kawasan yang kaya dengan air.
lubuk ilmu ia juga menjadi pusat ekonomi dengan ada nya kemudahan pelabuhan yang menjadi pemangkin ekonomi Iraq. Negeri-negeri di sebelah utara Iraq berada di antara dua sungai. Iaitu sungai Dajlah dan sungai Furat. Dari bandar Tishfun hinggalah ke bandar Mausul adalah kawasan yang kaya dengan air.
Kalaulah sudah ramai yang
aqidahnya tepat dan kuat, maka akan lahirlah negara yang aman makmur yang mendapat keampunan Allah.
Kerana Aqidah yang tepat dan kuat itu mendorong hamba-hamba-Nya bersyariat dan berakhlak atau menjadi orang yang bertaqwa.
aqidahnya tepat dan kuat, maka akan lahirlah negara yang aman makmur yang mendapat keampunan Allah.
Kerana Aqidah yang tepat dan kuat itu mendorong hamba-hamba-Nya bersyariat dan berakhlak atau menjadi orang yang bertaqwa.
Iraq melahirkan para wali, antaranya Sayyidi Abdul Qadir Jailani adalah seorang ulama terkenal. Beliau bukan hanya terkenal di sekitar tempat tinggalnya, Baghdad, Iraq Tetapi hampir seluruh umat Islam di seluruh dunia mengenalnya.
Syeikh Abdul Qadir Jailani juga dikenal sebagai pengasas sekaligus penyebar salah satu tarekat terbesar di dunia bernama tarekat Qadiriyah, bahkan beliau adalah salah satu dari al-Auliya' al-Aqthab al-Arba'ah (empat wali qutub / imam ilmu hakikat), yaitu sayidi Ahmad al-Rifa'i, sayidi Abdul Qodir al-Jailani, sayidi Ahmad al-Badawi, sayidi Ibrahim ad-Dusuqi.
Kesaksian Para Syaikh
Syaikh Junaid al-Baghdadi, hidup 200 tahun sebelum kelahiran Syaikh Abdul Qadir. Namun, pada saat itu ia telah meramalkan akan kedatangan Syaikh Abdul Qadir Jailani. Suatu ketika Syaikh Junaid al-Baghdadi sedang bertafakkur, tiba-tiba dalam keadaan antara sadar dan tidak, ia berkata, "Kakinya ada di atas pundakku! Kakinya ada di atas pundakku!".
Setelah ia tenang kembali, murid-muridnya menanyakan apa maksud ucapan beliau itu. Kata Syaikh Junaid al-Baghdadi, “Aku diberitahukan bahwa kelak akan lahir seorang wali besar, namanya adalah Abdul Qadir yang bergelar Muhyiddin. Dan pada saatnya kelak, atas kehendak Allah, ia akan mengatakan, ˜Kakiku ada di atas pundak para Wali.”
Ada 8 tiang agama (autad) di Irak, mereka itu adalah; 1) Syaikh Ma’ruf al Karkhi, 2) Imam Ahmad ibn Hanbal, 3) Syaikh Bisri al Hafi, 4) Syaikh Mansur ibn Amar, 5) Syaikh Junaid al-Baghdadi, 6) Syaikh Siri as-Saqoti, 7) Syaikh Abdullah at-Tustari, dan Syaikh Abdul Qadir Jailani.”
Ketika mendengar hal itu, seorang muridnya yang bernama Syaikh Muhammad ash-Shanbaki bertanya, “Kami telah mendengar ke tujuh nama itu, tapi yang ke delapan kami belum mendengarnya. Siapakah Syaikh Abdul Qadir Jailani?”
Maka Syaikh Abu Bakar pun menjawab, “Abdul Qadir adalah orang salih yang tidak terlahir di Arab, tetapi di Jaelan (Persia) dan akan menetap di Baghdad.”
Qutb al Irsyad Abdullah ibn Alawi al Haddad ra. (1044-1132 H), dalam kitabnya “Risalatul Mu’awanah” menjelaskan tentang tawakkal, dan beliau memilih Syaikh Abdul Qadir Jailani sebagai suri-teladannya.
Seorang yang benar-benar tawakkal mempunyai 3 tanda. Pertama, ia tidak takut ataupun mengharapkan sesuatu kepada selain Allah. Kedua, hatinya tetap tenang dan bening, baik di saat ia membutuhkan sesuatu ataupun di saat kebutuhannnya itu telah terpenuhi. Ketiga, hatinya tak pernah terganggu meskipun dalam situasi yang paling mengerikan sekalipun.
Dalam hal ini, contohnya adalah Syaikh Abdul Qadir Jailani. Suatu ketika beliau sedang berceramah di suatu majelis, tiba-tiba saja jatuh seekor ular berbisa yang sangat besar di atas tubuhnya sehingga membuat para hadirin menjadi panik. Ular itu membelit Syaikh Abdul Qadir, lalu masuk ke lengan bajunya dan keluar lewat lengan baju yang lainnya. Sedangkan beliau tetap tenang dan tak gentar sedikitpun, bahkan beliau tak menghentikan ceramahnya.
Ini membuktikan bahwa Syaikh Abdul Qadir Jailani benar-benar seorang yang bertawakkal dan memiliki karamah.
Syaikh Hafidz al Barzali, mengatakan, “Syaikh Abdul Qadir Jailani adalah seorang ahli fiqih dari madzhab Hanbali dan Syafi’i sekaligus, dan merupakan Syaikh (guru besar) dari penganut kedua madzhab tersebut. Dia adalah salah satu pilar Islam yang doa-doanya selalu makbul, setia dalam berdzikir, tekun dalam tafakkur dan berhati lembut. Dia adalah seorang yang mulia, baik dalam akhlak maupun garis keturunannya, bagus dalam ibadah maupun ijtihadnya.”
Syaikh Abdullah al Jubba’i mengatakan:
“Syaikh Abdul Qadir Jailani mempunyai seorang murid yang bernama Umar al Halawi. Dia pergi dari Baghdad selama bertahun-tahun, dan ketika ia pulang, aku bertanya padanya: “Kemana saja engkau selama ini, ya Umar?” Dia menjawab: “Aku pergi ke Syiria, Mesir, dan Persia. Di sana aku berjumpa dengan 360 Syaikh yang semuanya adalah waliyullah. Tak satu pun di antara mereka tidak mengatakan: “Syaikh Abdul Qadir Jailani adalah Syaikh kami, dan pembimbing kami ke jalan Allah.”
Ulasan
Catat Ulasan