KAYA JIWA DAPAT GEMBIRAKAN DIRI DAN ORANG LAIN.

Orang kaya jiwa adalah orang yang memiliki kekayaan yang sebenar. Kekayaan yang betul-betul dapat memuaskan dan memberi kebahagiaan kepada diri sendiri dan manusia lain. Orang yang kaya jiwa dapat gembirakan diri sendiri dan juga gembirakan orang lain. Orang yang kaya jiwa juga memiliki kekuatan yang berjaya melawan nafsu yang ada didalam diri manusia. 

Nak kenal orang kaya jiwa bukan dengan mengira berapa banyak hartanya, atau  degree keilmuan yang dimiliki, tapi dengan melihat sikap atau perangainya.  Kalau ada orang menghina, mengumpat, mencaci maki di depan atau di belakang bagaimana sikap kita? Dapatkah kita merasa senang dan tenang? Mudahkah  kita menahan hati yang sedang membara menahan marah? Dapatkah kita diam saja tanpa sakit hati atau susah hati atau menyimpan dendam? Dapatkah kita ucapkan “Assalaamualaikum,” dan meninggalkan mereka dengan senyum manis? Mampukah kita memaafkan mereka? Tentu bukan mudah. Hati kita tentu sakit dan menderita. Apalagi hendak berbuat baik dengan orang yang menyakiti diri kita.

Mengapa kita sakit hati? Sebab nafsu dalam diri ini yang sakit, nafsu yang tak boleh terima penghinaan itu.  Nafsu itu jugalah yang merangsang rasa marah, dendam, nak melawan, nak bergaduh, resah, gelisah dan lain-lain lagi Itulah kerja nafsu, memang tabiat nafsu begitu.  Kerja nafsu ialah merangsang untuk bertindak jahat.  Bila ada aksi berupa cabaran dari sekeliling kita seperti orang hina, orang puji, orang lain dapat nikmat, maka nafsu merangsang untuk bereaksi. Selalunya nafsu akan bereaksi negatif atau jahat.  Misalnya bila orang hina maka nafsu bereaksi marah, bila orang puji maka nafsu bereaksi sombong, bila orang lain dapat nikmat maka nafsu bereaksi hasad dengki.  Bahkan kalau tidak ada aksi atau cabaran  dari luar sekalipun, nafsu akan bertindak balas bila dibisik atau dicabar oleh syaitan dan manusia.  Misalnya bila diri ada kelebihan maka syaitan bisikkan untuk berbangga dan nafsu bersetuju dengan bisikan itu.

"Sesungguhnya nafsu itu sangat mengajak (merangsang) kepada kejahatan" (Surah Yusuf: 53)

"Yang membisik-bisikkan dan hasutan ke dalam hati manusia. Dari kalangan jin dan manusia" (An-Nas: 5-6)

Bila nafsu itu liar, selalu saja beraksi dan bereaksi jahat, maka meranalah jiwa.  Sebab setiap saat selalu nak marah, benci, dendam, hasad dengki dan lain-lain mazmumah yang bermain dalam diri seseorang itu.  Kalau nafsu itu diibaratkan kuda liar, bayangkanlah kalau kita menunggang kuda liar.  Sekejap lari ke sana, lari ke sini, meronta, melanggar, berguling, menendang dan lain-lain.  Bila ada bunyi kuda itu terkejut, melatah, melompat sana-sini, dibuangnya kita yang menunggang, dipijaknya kita, diheret dan lain-lain lagi aksi yang meletihkan penunggangnya.  Bahkan orang yang melihat dan berada di sekitarnya pun rasa tak selamat.  Begitulah bila seseorang itu hatinya sakit, maka hidupnya tidak tenang, resah gelisah, pelbagai aksi dan reaksi yang dibuatnya menyebabkan diri dan orang lain tak selamat.

Kalau yang sakit itu nafsu, kenapa pula disebut "sakit hati"?  Sebenarnya ruh, akal dan nafsu itu hakikatnya satu.  Itulah yang disebut rohani manusia. Sarangnya dalam diri manusia ialah dalam hati daging (liver).  Dia berubah nama bila sedang berperanan.  Kalau sedang berfikir disebut akal, kalau sedang merasa disebut ruh dan kalau sedang merangsang disebut nafsu. Ruh adalah raja dalam kerajaan diri, akal penasihatnya dan nafsu adalah penjahatnya. Jadi, bila ruh itu kuat, maka dia dapat mengawal akal dan nafsunya. Dan ruh inilah yang takluk, tunduk, taat pada Tuhannya.  Ruh inilah yang berhubung dengan Tuhan.  Jika ruh kuat maka kuatlah hubungan manusia itu dengan Allah. 

Orang yang kaya jiwa sudah melepasi tahap "sakit hati" ini.  Dia sudah bermujahadah sungguh-sungguh hingga nafsu itu menjadi lemah dan jinak.  Ibarat kuda, bila dilatih, dijinakkan dengan pelbagai jenis latihan, hukuman, akhirnya kuda itu jinak.  Bila dah jinak dapat ditunggang dan dikendalikan oleh tuannya.  Begitu jugalah nafsu, bila dilatih dengan pelbagai jenis latihan, akhirnya jadi lemah dan jinak.  Dia boleh diatur dan dikendalikan sesuai kehendak ruh.

Jadi pada orang yang kaya jiwa itu, ruh lah yang menguasai dirinya, bukan nafsu dan akal.  Akal diperintah oleh ruh untuk memikirkan hal-hal yang baik, mengumpul maklumat, menganalisa dan mengeluarkan maklumat yang baik dan benar sahaja sesuai dengan ilmu dari Allah.  Nafsu pula diperintah oleh ruh untuk merangsang hal-hal yang baik sesuai kehendak Allah.  Fizikal pula tunduk patuh pada arahan ruh.  Kerjasama akal, nafsu dan fizikal yang sudah taat dengan ruh ini maka lahirlah sifat, watak dan perbuatan yang baik dari seseorang itu.

Orang kaya jiwa sentiasa tenang sebab dia tak rasa keseorangan.  Ruhnya yang kuat yang sentiasa terhubung dengan Allah membuatkan dia rasa sentiasa bersama Allah.  Sebab itu, bila dia dapat masalah, cabaran atau ujian dia ada tempat merujuk dan meminta tolong. Bila dapat nikmat dia rasa nikmat itu pinjaman sahaja dari Allah, sebab itu dia rasa malu dengan Allah, tak sempat nak sombong.  Dan bila nikmat itu Allah ambil semula, dia tetap dapat bersyukur sebab Allah dah beri dia pinjaman.

      Orang yang kaya jiwa dapat jadikan hidup adalah untuk menjadi hamba dan khalifah Allah di muka bumi ini.  Orang yang kaya jiwa juga dapat perjuangkan Tuhan. Kaya jiwa dapat merasakan cinta dan takutkan Tuhan. Kita berjuang dengan tujuan untuk merebut kasih sayang dan mendapatkan redha Tuhan. Jika semasa berjuang membela Allah dan Rasul ditakdirkan susah, orang yang kaya jiwa tetap terhibur dengan Tuhan. Kerana malunya dengan Tuhan terus kekal mendorongnya bersyukur. Segala kesulitan yang dihadapi orang yang kaya jiwa dia merasakan Tuhan sedang memberikan perhatian padanya.  Sebab itu, dia tetap gembira bila diuji, lebih-lebih lagi bila dapat nikmat.  Dalam masa yang sama, sifat dan wataknya yang baik itu dapat menggembirakan orang lain.

12 Rabiul awal 1437