RUNTUH SEBUAH EMPAYAR ISLAM EROPAH.
"Bermegah-megahan telah melalaikan kamu…,”
( Al Quran surah at-Takatsur).“
Islam berkembang berabad-abad yang silam. Sayangnya, hari ini peninggalan Islam di Madrid hampir tak berjejak. Kita kalau tidak membaca sejarah Islam di Andalusia, kita tidak tahu bahawa Islam pernah bertapak di kota Madrid. Kita akan katakan Madrid: Sejarah Islam yang Hilang”. Madrid merupakan ibukota Spanyol. Nama Madrid dikenal oleh masyarakat dunia sebab klub bola sepak iaitu Real Madrid. Setelah kota London dan Berlin, dunia mengakui Madrid adalah kota terbesar ketiga di dunia. Walaupun masyarakat kota Madrid meyakini bahwa sejarah kotanya sudah ada semenjak zaman pra-sejarah, namun ramai yang tidak memahami bahwa pemberian nama kota terbesar di Spanyol ini adalah seorang muslim. Adalah Cordoba Muhammad I – seorang Amir kerajaan Islam ketika itu.
Asal-Usul nama Madrid
Nama Madrid berasal dari bahasa Arab, “Al Majrit” yang berarti sumber air atau tempat air memancar, atau sumber saluran air. Alasan dinamai Al Majrit, sebab istana yang dibangun oleh Muhammad I berdekatan dengan sungai sebagai sumber air utama masyarakat kota saat itu yang bernama Manzanares. Bidang pertanian mendapat perhatian yang besar dalam Islam. Islam memberikan dorongan ruhiah yang besar untuk bertani atau berladang atau lebih umum menanam bebijian atau pepohonan. Selain dorongan ruhiah, peranan negara yang menjalankan politik ekonomi Islam juga amat penting dan berperanan besar. Hasilnya, kaum Muslim berhasil meraih kegemilangan di sektor pertanian serta memberikan konstribusi besar bagi kemakmuran dan kesejahteraan umat manusia selama berabad-abad. Semua itu telah dirakam baik dalam sejarah umat Islam dan diakui oleh sejarahwan Barat sekalipun.
Rasulullah saw. pun bersabda maksudnya: "Tidaklah seorong Muslim menanam sebatang pohon (berkebun) atau menanam sebutir biji (bertani), lalu sebagian hasilnyo dimakan oleh burung, manusia atau binatang, melainkan baginya ada pahala sedekah (HR al-Bukhari, Muslim, at-Tirmizi dan Ahmad).
Pada umumnya masyarakat umat Islam ketika itu menyebut dengan Al Majrit. Lantas, nama Al Majrit pun menjadi ejaan moderen di kota tersebut dan hingga saat ini populer dengan Madrid. Pada masa kekuasaan Muhammad I, kota Madrid pernah dikembangkan dan salah satunya adalah benteng pertahanan di bukit tepi sungai sebelah kiri sungai Manzanares. Benteng yang dibangunnya terkenal kokoh dan mampu melindungi masyarakat Madrid. Selain membangun benteng pertahanan, amir pun membangun sebuah istana kecil yang sekarang ditempati oleh Real Palacio. Istana kecil ini memiliki benteng yang bernama al-Mudayna. Saat Madrid dikuasai oleh pemimpinnya yang seorang muslim, ketika itu perekonomian kotanya terbilang sangat pesat. Walaupun hanya kota kecil, Madrid memiliki sektor perindustrian yang baik.
Zaman itu sudah terdapat industri pembuatan kasut bersol gabus yang dikembangkan oleh masyarakat Romawi. Selain itu Madrid tempo dulu terkenal dengan perdagangan kayu oak. Peninggalan lain dari kota Madrid di bawah pemerintahan Islam adalah adanya penggunaan qanat. Yaitu sebuah terowong bawah tanah yang berfungsi sebagai irigasi. Selain itu, di kota Madrid terdapat tempat stok air yang distribusinya merata ke seluruh wilayah kota. Kekuasaan Islam di kota Madrid takbertahan lama, pada tahun 1085, kekuasaan Islam di Madrid melemah. Benteng Islam di Andalusia (Spanyol) akhirnya direbut oleh Alfonso VI Castila. Oleh karena perebutan kekuasaan inilah, raja Alfonso mengubah beberapa masjid di Madrid menjadi gereja dan pada 1329, kota Madrid benar-benar berubah menjadi kota Kristian.
Bagi umat Islam negeri Andalusia adalah sebuah kenangan yang selalu menjadi ingatan. Kenangan tentang betapa kaum Muslimin dan risalah Islam yang dibawanya, pernah menguasai sebuah wilayah di benua Eropa selama kurang lebih tujuh abad lamanya. Sebuah tempoh waktu yang cukup lama. Ia meninggalkan kesan yang cukup mendalam. Andalusia, negeri indah dan eksotik, tunduk dalam pemerintahan Kekhalifahan Islam dan dinasti-dinasti kaum Muslimin, berhasil mengubah wilayah di daratan Eropa itu menjadi simbol kegemilangan peradaban dan kekuatan kaum Muslimin. Umat Islam mengisinya dengan tinta emas kejayaan dan keunggulan peradaban. Ketika wilayah Andalusia, yang saat ini terletak di Spanyol dan sebagian kecil Portugal. Ketika EROPAH berada di bawah kekuasaan Islam, jejak-jejak kecermelangan peradaban mereka menjadi rujukan bangsa-bangsa Eropah. Pembangunan material dan pembangunan roh yang seimbang menjadi rujukan dunia.
Para sejarawan yang meneliti negeri Andalusia banyak menceritakan bagaimana umat Islam yang berada di wilayah itu berjaya memberikan sumbangan bagi peradaban dan ilmu pengetahuan ke segala penjuru Eropah . Jika hari ini kita mengenal kota-kota indah seperti Barcelona, Madrid, Valencia, Sevilla, Granada, Malaga, Cordova, dan sebagainya yang hari ini terkenal sebagai pusat kelab-kelab bola sepak ternama serta menjadi tujuan masyarakat dunia melancung.Ketahuilah bahwa pada masa lalu kota-kota tersebut dihuni oleh kaum Muslimin, dan berada di bawah pemerintahan Islam. Namun kejayaan selama kurang lebih hampir lapan abad lamanya itu, ianya berakhir dengan kenangan yang memilukan, ketika Kerajaan Granada yang dipimpin oleh Abu Abdillah Muhammad Ash-Shagir dari Bani Al-Ahmar, berjaya ditawan oleh aliansi kerajaan- Kristen di Andalusia.
Granada jatuh ke Tangan Kristen pada 1492 M, diiringi dengan derai airmata penguasa Muslim. Sambil memandang Istana Al-Hambra yang megah dari atas bukit, Abu Abdillah bin Muhammad adalah penguasa Granada, berlinang air mata. Apa yang menjadi penyebab runtuhnya kekuasaan Islam di Andalusia?Sejarahwan Mesir Dr Raghib As-Sirjani dalam bukunya berjudul “Qishah Al-Andalus” (Kisah Andalusia) menjelaskan, setidaknya ada tiga faktor penting yang menyebabkan kejayaan Islam di negeri Andalusia runtuh dan hanya menyisakan kenangan yang pahit dan kepedihan.Ketiga faktor tersebut adalah: (1) Gaya hidup yang mewah dan glamour dari para pemimpin Islam. (2) Sibuk dengan urusan dunia dan meninggalkan semangat jihad. (3) Merebaknya berbagai kemaksiatan dan kemungkaran yang dibiarkan.
Terkait dengan sikap hidup bermewah-mewahan dan godaan duniawi pada masa kekuasaan Islam di Andalusia itu, Dr Raghib As-Sirjani mengatakan,”Ini merupakan faktor yang amat penting, yakni godaan duniawi terhadap pemeritahan Muwahidun dengan banyaknya harta yang mereka miliki. Inilah yang kemudian mendorong mereka bergaya hidup mewah, berfoya-foya, dan saling berseteru memperebutkan kekuasaan…Dr Raghib As-Sirjani melanjutkan, “Tenggelam dalam kemewahan, cenderung pada kesenangan nafsu duniawi, dan bergelimang dalam kenikmatan-kenikmatan sementara. Inilah faktor utama yang mengantarkan kekuasaan Islam pada akhir yang sangat menyakitkan. Masa-masa keterpurukan dan kejatuhan sering terkait dengan banyaknya harta, tenggelam dalam kesenangan-kesenangan, rosaknya generasi muda, dan peyimpangan besar pada tujuan…”
Mereka yang bergelimang dalam kehidupan yang gemerlap dan terjerumus dengan gaya hidup yang mewah, hatinya akan mudah dilalaikan dari mengingat Allah, semangat juangnya akan semakin melemah, dan jiwanya menjadi pengecut. Karena itu, ahli hikmah mengatakan, “Keberanian tidak akan didapati pada orang yang mencintai dunia!” Dunia memang melalaikan dan membuat para pemujanya menjadi alpa. Harga diri dan status diukur dengan penampilan yang parlente dan dandy, banyaknya uang, barang-barang yang mewah, dan harta yang berharga. Jika semua kemewahan dunia itu tak ada, maka orang yang mencintai dunia merasa hidupnya tak berharga dan bergengsi. Harga dirinya tak melambung tinggi, dan lobi-lobi kekuasaanya tak dihargai. Identitas Islam yang seharunya menjadi ‘pakaian’ yang menutup rapat tubuhnya berganti menjadi benda-benda yang melambangkan kemewahan. Penyakit al-wahn; cinta dunia dan benci mati (hubbud dun-ya wa karahiyatul maut) menjadi penyakit ganas yang bisa melumpuhkan kekuatan umat Islam.
Allah SWT telah mengingatkan dalam berbagai firman-Nya:
“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (menaati Allah), tetapi mereka melakukan kedurhakaan di dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya,” (QS Al-Israa’: 16).
“Dan janganlah kamu tujukan pandangan matamu kepada kenikmatan yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka, (sebagai) bunga kehidupan di dunia, agar Kami uji mereka dengan (kesenangan) itu. Karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal,” (QS Thaha: 131).
“Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia,” (QS Al-Kahfi: 28).
“Mereka mengambil harta benda dunia yang rendah ini dan berkata, ‘Kami akan diberi ampun’,” (QS Al-A’raf: 169).
Rasulullah SAW pun telah mengingatkan, bahwa bergelimangnya harta dan bermewah-mewahan dalam hidup adalah sumber bagi kelalaian. Baginda yang mulia, sosok yang hidup dalam serba kesederhanaan dan kebersahajaan mengatakan: “Maka demi Allah, bukanlah kefakiran yang aku takutkan dari kalian. Tetapi yang aku takutkan adalah jika dunia dibentangkan untuk kalian, sebagaimana telah dibentangkan atas orang-orang sebelum kalian. Lalu kalian pun berlomba-lomba mengejarnya, sebagaimana orang-orang sebelum kalian mengejarnya. Hingga akhirnya, (harta itu) membinasakan kalian seperti ia telah membinasakan mereka,”(HR Bukhari dan Muslim).
Dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘Anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ”Apabila kalian telah berjual beli dengan cara ‘inah, dan kalian telah mulai mengambil ekor-ekor sapi (kiasan bagi mereka yang sibuk dengan urusan dunia), lalu kalian telah ridha dengan bercocok tanam dan kalian meninggalkan jihad, niscaya Allah akan menimpakan kehinaan atas kalian yang tidak akan dicabutnya hingga kalian kembali kepada ajaran ((ad-Din) kalian,” (HR Abu Dawud, 2462. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah).
“Sesungguhnya hal yang paling aku khawatirkan pada kalian sepeninggalku adalah apa yang akan dibukakan untuk kalian dari keindahan dan perhiasan dunia,” (HR Al-Bukhari).
Demikianlah, kemewahan dunia boleh membuai dan menjerumuskan manusia pada kelalaian, kelemahan dan kehancuran. Bahkan para sahabat pun pernah diuji dengan gelimang harta saat terjadi Perang Uhud, dimana pasukan pemanah yang harusnya bertahan, turun ke bawah memperebutkan harta ghanimah (rampasan perang).
Ketika mereka sibuk dengan harta tersebut, pasukan musuh menghabisi mereka secara membabi buta. Allah mengingatkan peristiwa ini dalam firman-Nya, “Di antara kalian ada yang menginginkan dunia, dan di antara kalian ada yang menginginkan akhirat…,” (QS Ali Imran:152).
Runtuhnya Andalusia menjadi pelajaran penting, bahwa kekuasaan sehebat apapun, jika ia terjerumus dalam gemerlap kemewahan dunia yang melalaikan, akan berakhir dengan kehinaan. Di dalam umat Islam merebut dunia, umat Islam telah mengabaikan roh Islam. Mula lalai dan berlaku pergeseran dan pergaduhan sering berlaku sesama sendiri. Kemuncaknya berlaku perebutan kuasa sesama umat Islam dan akhirnya runtuh sebuah empayer Islam di eropah.
Ulasan
Catat Ulasan