Langkau ke kandungan utama

MENCONTOHI KELUARGA NABI IBRAHIM.

PENGORBANAN KELUARGA NABI IBRAHIM.



Kita masih berada dalam suasana raya haji, kini sudah berada di akhir tahun kelender hijrah. Disana sini di Malaysia jelas terserlah semangat pengorbanan bahkan ada peruntukan korban umat Islam di Malaysia di lakukan pengorbananya untuk saudara muslim kita yang memerlukannya seperti di Ronghingya. Kesedaran pengorbanan ini hendaklah terus dipupuk ke dalam diri umat Islam. Supaya kita terus terpandu perasaan kita terhadap kesusahan yang dihadapi oleh saudara muslim kita yang berada di negara-negara lain.


Mari kita berkongsi roh pengorbanan keluarga Nabi Ibrahim.
Umat Islam di Asia Tenggara berubah dengan gerakan dakwah. Pendekatan dibuat melalui merubah minda. Supaya minda kita terpandu dan terpimpin, mari kita mengambil sesuatu panduan dan pelajaran daripada keluarga Nabi Ibrahim. Dalam kita hendak bertindak minda adalah nadinya.Nabi Ibrahim a.s. mendapat gelaran Khalilullah. Selawat  yang diajarkan Rasulullah saw pada umatnya pun hanya bagi dua nabi dan keluarganya. Pilihan Allah SWT ini sangat terkait dengan risalah yang telah dilakukan oleh keduanya dengan sangat sempurna.


Belajarlah dari sejarah kemenangan Islam oleh para sahabat dan orang-orang soleh. Negara diserahkan oleh rakyatnya yang mahukan keselamatan. Masuknya Islam di Mesir oleh sahabat hanya dengan laungan Allahuakbar. Kemenangan Sultan Muhammad Al-Fateh di Turki bilamana sudah wujudnya sebaik pemimpin dan tentera. Ikatan kasih sayang yang terjalin erat yang lahir dari buah ibadah membentuk peribadi yang disegani kawan dan lawan. Inilah yang kita dapati bila minda kebenaran dari pemimpin yang dijanjikan kita pegang dan jadikan prinsip.


Telah diceritakan di dalam Al-Qur’an, Bapa para nabi itu telah melalui  berbagai ujian  dari Allah SWT sejak beliau masih muda hingga masa tuanya dengan penuh kesabaran dan ketaatan, tanpa sikit pun membantah. Beliau pernah dibakar hidup-hidup atas perintah Raja Namrud yang zalim karena berjuang menegakkan risalah Allah, menghabiskan bilangan tahun yang panjang dalam menanti seorang anak, kemudian saat ketika anak lahir, beliau diperintahkan untuk meninggalkan anak itu beserta ibunya di tengah padang pasir tandus yang tak berpenghuni tanpa bekalan apa-apa. Namun, kemuncak dari segala ujian yang diterima oleh Nabi Ibrahim a.s, yakni ketika beliau menerima ilham untuk menyembelih anak yang teramat disayanginya, yang dinanti-nantikan kehadirannya. 


Perintah yang paling tidak masuk akal bagi kita. Namun, Nabi Ibrahim dan anaknya, Ismail, dengan berserah kepada Allah SWT, dengan penuh keikhlasan mahu melaksanakan perintah dari Allah yang sangat berat itu. Walaupun di tengah perjalanan menuju tempat penyembelihan keduanya digoda oleh syaitan yang berusaha cuba menggoncang keyakinan mereka, namun mereka tetap teguh dalam melaksanakan perintah Tuhan, bahkan melempari syaitan yang menggoda niat mereka itu. Saat-saat yang mencemaskan pun tiba. Ketika nabi Ibrahim meletakkan  mata pisau yang tajam ke leher anaknya, Ismail, saat itulah Allah berbuat lain. Tanpa disedari  oleh kedua hamba Allah yang patuh itu, Allah telah menukar Ismail dengan seekor kibasy (sejenis biri-biri) yang gemuk untuk disembelih. Sehingga Ismail pun selamat dari penyembelihan yang dilakukan ayahnya. 


Kisah tersebut sudah menjadi pengetahuan bagi seluruh umat Islam, dan setiap tahun, jutaan umat Islam melaksanakan rukun ibadah haji sebagai bentuk mengingati terhadap perjalanan pengorbanan yang telah dilakukan oleh Nabi Ibrahim beserta keluarganya. Setiap rukun haji melambangkan kejadian yang dilakukan oleh Siti Hajar, Nabi Ibrahim a.s, dan anaknya, Ismail. Seperti lari-lari kecil (sa’i), melempar jumroh, termasuk menyembelih haiwan kurban. Namun, pelajaran apakah yang dapat kita petik dari kisah pengorbanan nabi Ibrahim ini? Setidaknya ada 3 perkara yang dapat kita jadikan pelajaran.


Pertama, sebagai seorang mukmin yang mengaku beriman, kita tidak akan dibiarkan merasa beriman tanpa diuji oleh Allah. Bahkan para nabi pun tidak terlapas dari ujian Allah. Terlebih kita sebagai manusia biasa yang hampir setiap hari menumpuk dosa dalam catatan amal kita. Ujian yang diberikan kepada kita sebenarnya ada dua bentuk, yakni musibah dan nikmat. Ada beberapa sebab Allah memberikan ujian berupa musibah kepada kita. 


Yang pertama, boleh jadi itu merupakan sebuah teguran dari Allah kepada kita sebagai hamba-Nya yang sudah dianggap menyimpang jauh dari jalan yang diridhoi-Nya. Misalnya keadaan umat Islam kebelakangan ini yang menerima ujian bertubi-tubi berupa bencana alam yang terjadi di kalangan umat Islam. Melibatkan kemusnahan harta benda dan kematian. Seperti banjir di Papua, gempa dan tsunami di Sumatera Barat, dan yang terakhir meletusnya Gunung Berapi di Jawa Tengah.


Peristiwa-peristiwa itu telah meninggalkan kesan bagi masyarakat yang terlibat. Sudah selayaknya kita renungkan bersama apa yang menyebabkan Allah begitu murka sehingga menurunkan azab-Nya secara bertubi-tubi kepada kita. Bukankah seharusnya kita boleh mengambil pelajaran? Sudah banyak penyimpangan dan kerosakan yang dilakukan di atas bumi zamrud khatulistiwa ini. Sudah banyak yang kufur terhadap nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Boleh kita lihat, tidak ada negeri yang kekayaannya melebihi negeri kita tercinta ini. Melimpahnya kekayaan alam, keindahan alam yang tiada bandingannya di belahan dunia manapun, beragamnya suku, adat, budaya, dan keanekaragaman kuliner khas dari setiap daerahnya, semua itu hanya dimiliki oleh Asia Tenggara. 


Tapi ternyata, semua kekayaan yang telah diberikan Allah itu tidak membuat kita cukup bersyukur. Justru sebaliknya, membuat kita semakin serakah, tamak, dan kufur terhadap nikmat Allah. Tidak hanya banyak kerosakan alam yang dilakukan seperti penggundulan hutan secara membabi buta, pengerukan gunung-gunung sebagai pasak bumi yang akhirnya menjadi danau-danau yang tidak produktif karena mengandung zat-zat beracun dan berbahaya, tapi juga banyak kerosakan di bidang lainnya. Gejala penyakit sosial dan rosaknya moral anak bangsa akibat arus globalisasi zaman tanpa sempadan. Sampai sekarang belum ditemukan penyelesaiannya.


Allah menegur kita karena Allah begitu menyayangi kita. Allah ingin kita kembali kepada-Nya. Kembali menjadi hamba yang taat, hamba yang bertaqwa. Allah ingin kita memperbaiki lagi kerosakan -kerosakan yang sudah terlanjur dilakukan, semua demi kebaikan kita sendiri, demi kesejahteraan kita bersama. Allah ingin kita kembali ingat apa tujuan hidup kita di dunia ini, yakni beribadah kepada-Nya. Selain sebagai teguran, ujian dalam bentuk musibah yang diberikan oleh Allah boleh jadi kerana  Allah ingin menghapuskan dosa-dosa kita yang sudah menggunung tak terhitung banyaknya. 


Bagaimana caranya? Yakni dengan bersabar. Jika kita sanggup bersabar atas ujian yang diberikan Allah, maka kesabaran kita itu akan menghapus dosa-dosa kita. Bersabar tidak hanya pasrah menerima nasib, tapi bagaimana kita berusaha bangkit dan keluar dari ujian dan permasalahan yang diberikan Allah. Bukan hanya bersabar dengan berdiam diri. Hal itu tidak disukai Allah, karena Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum jika kaum itu tidak berusaha untuk mengubah keadaannya sendiri.


Kemudian, ujian dari Allah boleh jadi dimaksudkan untuk mengangkat darjat hamba-Nya. Seperti Nabi Ibrahim yang kemudian layak disebut-sebut sebagai kekasih Allah setelah melepasi  begitu banyak ujian sepanjang perjalanan hidup beliau. Namun beliau tetap tabah, sabar, dan selalu berserah kepada Allah SWT dalam menjalankan setiap titah yang diperintahkan kepada beliau. Adapun ujian dari Allah ada juga berupa nikmat. Ujian berupa nikmat ini seringkali tidak kita sedari, bahkan kita abaikan dan kita pergunakan untuk hal-hal tercela yang dibenci Allah. Ujian berupa nikmat ini boleh berupa kekayaan, kedudukan, kesehatan, kecerdasan, dan sebagainya. 


Seorang hamba Allah dikatakan lulus ujian tersebut jika ia boleh mensyukuri dan memanfaatkan nikmat yang diberikan oleh Allah itu untuk hal-hal baik, untuk beribadah dan berjuang di jalan-Nya.
Pelajaran ke dua yang boleh kita tarik dari kisah Nabi Ibrahim tersebut ialah agar kita beribadah dengan ikhlas, tanpa motivasi lain kecuali semata-mata mengharapkan ridho dari Allah SWT. Niat yang ikhlas itulah yang membuat Nabi Ibrahim sanggup menyembelih anak kandungnya sendiri, demi mematuhi perintah Allah.


Namun beribadah dengan dengan niat yang ikhlas ini tidak mudah dilakukan karena hati manusia begitu mudah tergelincir dan tergoda oleh motivasi lain. Sebagaimana yang kita ketahui, sesungguhnya amal itu tergantung pada niat, dan setiap orang akan memperoleh sesuai dengan yang diniatkannya. Misalnya, jika seseorang bersedekah dengan maksud ingin dipuji dan dianggap dermawan oleh orang di sekitarnya, maka hal itulah yang akan didapatnya, bukan pahala di sisi Allah SWT.


Pelajaran ke tiga dari cerita Nabi ibrahim tersebut adalah berkaitan dengan hubungan bapa (orang tua) dan anak. Ketika Nabi Ibrahim a.s memberitahukan kepada Ismail tentang penyembelihan itu, Ismail tidak memperlihatkan sikap penolakan, bahkan mendukung untuk segera melaksanakan perintah dari Tuhan kepada ayahnya itu. Betapa Ismail sebagai anak begitu patuh kepada orang tuanya dan juga patuh kepada Allah, sekalipun perintah yang dilaksanakan kepadanya itu akan membahayakan jiwanya.


Kita sebagai anak, diwajibkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tua kita sekalipun mereka tidak beriman kepada Allah. Kita pun harus menuruti nasihat dan perintah orang tua selama itu akan membawa kebaikan bagi diri kita dan tidak melanggar larangan Allah SWT.
Begitu dihormatinya posisi orang tua dalam Islam, sehingga orang tua berkewajiban untuk mendidik anak-anaknya agar berkepribadian muslim dan berbakti kepada Tuhannya. Namun, dewasa ini banyak kita saksikan orang tua yang seakan lupa pada kewajibannya mendidik anak-anak mereka karena terlalu disibukkan oleh kewajiban lain yakni mencari nafkah. 


Sehingga banyak anak yang m ncukupi semua keperluannya secara material tapi kering jiwa dan batinnya kerana jarang atau bahkan tidak pernah merasakan kasih sayang dari orang tuanya. Seharusnya kedua kewajiban itu boleh dilaksanakan secara seimbang. Carilah nafkah secukupnya, dan jangan sampai melupakan kewajiban penting untuk membimbing dan mendidik anak-anak agar menjadi anak yang soleh dan solehah. Itulah tiga pelajaran di antara banyak hikmah lain yang dapat kita tarik dari kisah pengorbanan Nabi Ibrahim a.s. Semoga dengan mempelajari hikmah ini dapat membuat kita lebih bijak dalam menghadapi setiap permasalahan dalam hidup kita. 





Ulasan

Catatan popular daripada blog ini

MENGENAL ABUYA.

Siapakah Abuya? Mengapa kita perlu kenal dia? Kita perlu mengenalinya dengan tepat supaya kita faham dia, faham pemikiran, perasaan, perbuatan dan perjuangannya. Tak kenal maka tak cinta. Jika tak cinta maka tak bersungguh-sungguh dalam memperjuangkan Islam yang Abuya perjuangkan. Kenapa banyak orang yang mengaku cinta Abuya, tapi bila berlaku ujian jadi keliru lalu meninggalkan perjuangan Abuya, bahkan ada yang membenci dan memusuhi Abuya?  Sebenarnya mungkin pengenalan mereka tentang Abuya tak tepat, tak jitu. Mungkin kenal pada sudut-sudut tertentu sahaja.  Maklumlah minat setiap orang tak sama. Ada yang minat perniagaan, maka dia sangat terinspirasi dengan sistem ekonomi yang Abuya lagangkan. Ada yang minat pendidikan, maka dia sangat respek Abuya dari sudut pendidikan. Ada yang minat poligami, maka dia sangat nak belajar pada Abuya bagaimana nak buat poligami yang harmoni. Ada yang minat cara susun kasut ala Abuya, maka dia pun ikut disiplin susun kasut itu. Ada ...

NEGARA SYAM.

NEGARA SYAM (JORDAN, PALESTIN,HEBRON, SYRIA) Negara Jordan menjadi tempat transit bagi Abuya sebelum meneruskan perjalanan ke negara negara lain. Jordan juga dikenali dengan bumi Anbiya. Jordan juga banyak meninggalkan kesan  peninggalan purba yang berusia  ribuan tahun. Ia banyak di Jordan atau dulu dikenali dengan negeri Syam. Wilayah Syam zaman kebangkitan pertama mengandungi Jordan, Palestin, Lubnan dan Syria. Di era kebangkitan kali kedua Syam telah terpecah kepada empat negara. Ia dilakukan oleh penjajah. Kini terdapat negara Jordan, Palestin, Lubnan dan Syria secara berasingan satu sama lain. Jordan era terkini dikenali dengan Kerajaan Hasyimiyah Jordan, (Hashemite Kingdom of Jordan) atau lebih dikenali dengan nama Jordan sahaja  merupakan sebuah negara Arab yang terletak di Asia Barat (dulu dianggap Timur Tengah) bersempadan dengan negara-negara Arab yang lain. Ia terletak pada koordinat 34-29 Utara 35-39 Timur iaitu di se...

KEBANGKITAN ISLAM AKHIR ZAMAN.

KEBANGKITAN ISLAM AKHIR ZAMAN. Allah telah mengkhabarkan kepada kita melalui lidah Rasul-Nya bahawa Allah telah ‘set’kan satu Jadual Allah SWT untuk umat yang datang sesudah wafatnya Nabi akhir zaman. Itulah kasih sayang Allah dan Rasul-Nya kepada umat Islam, yang untuk mereka tidak ada lagi nabi dan rasul.Maka diceritakan lah perkara-perkara yang bakal terjadi sama ada yang positif atau negatif. Dengan mengetahui dan memahami jadual itu, umat Islam terpandu atau terpimpin untuk menghadapi dan menerima takdir yang bakal berlaku. Antara jadual yang dimaksudkan itu ialah, Rasulullah SAW bersabda: Yang artinya : "Telah berlaku Zaman Kenabian ke atas kamu, maka berlakulah zaman kenabian sebagaima­na yang Allah kehendaki. Kemudian Allah mengangkat zaman itu. Kemudian berlakulah Zaman Kekhalifahan (Khulafaur Rasyidin) yang berjalan seperti zaman kenabian. Maka berlakulah zaman itu sebagaimana yang Allah kehendaki. Kemudian Allah mengangkat nya. Lalu berlakulah zaman...