PAHIT MANIS PERJUANGAN TIMUR.

PAHIT MANIS PERJUANGAN TIMUR.



Abuya Ashaari Muhammad At Tamimi seorang ulama yang praktikal. Seorang pendidik yang praktikal. Seorang murabbi dan mursyid yang praktikal. Dalam dia mendidik ahli jemaah dan keluarganya juga praktikal. Abuya mendedahkan ilmu perjuangan juga praktikal. Abuya semasa bertemu dengan ulama Timur Tengah, beliau membawa dan minta saya meneruskan silaturrahim. Semua pendedahan tersebut secara praktikal. Begitu juga ketika berdakwah dia bawa anaknya melihat apa yang dia lakukan. Begitu juga gerakan awal aktiviti dakwah, Abuya mendedahkan Anak-anaknya pergi sama ke majlis ceramah. Abuya di undang mengisi program dakwah di masjid, di surau atau di pejabat. Anak-anaknya lebih terdedah kepada dunia orang dewasa.



Abuya mengingatkan dan memberikan panduan didalam bukunya bertajuk mengenal diri melalui rasa hati. "Jasad lahir hanyalah sangkar untuk jasad batin. Kalau kita gagal mengenal batin manusia, kita akan gagal mendidik diri manusia. Jadi mengenal diri sebenarnya bukanlah mengenal rupa lahir, tapi yang lebih penting sebenarnya mengenal watak batin,yaitu jiwa,fikiran, kepakaran, kecenderungan, watak, nafsu dan kekuatan yang ada pada diri kita. Dengan mengetahui sifat-sifat yang ada pada diri kita, kita nanti dapat meletakkan diri sesuai pada tempatnya, jika tidak maka akan terjadi kerosakkan di muka bumi ini kerana kita telah melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan jiwa kita. Terjadilah kejahatan, krisis jiwa, dan ketegangan fikiran hingga hilanglah kebahagian.



Pandangan orang-orang kerohanian lebih tajam dan tepat walaupun ada masanya pandangan mereka melawan arus pandangan popular dalam masyarakat. Hati orang-orang kerohanian lebih bersih hasil perdampingan dengan Tuhan.
Orang kerohanian akal fikiran mereka yang dirangsang dan dipandu oleh hati yang bertaqwa. Barulah akal dapat dikawal dan dipandu dan dapat menerima ilham dari Tuhan untuk menghasilkan buah fikiran yang bermanfaat. Ulama rohani diantara mereka ada dikurniakan Allah dengan mukasyafah, ada yang mendapat firasat.



Ilham berasal dari bahasa Arab. Menurut kamus Prof. Dr. Hj. Mahmud Yunus. Cetakan Klang Book Centre. Kata ilham (إلهام) berasal dari kata iltahama (إلتهم) yang berarti menelan. Melahap. Membaham. Kaedah berubah kewazan if’al, yakni alhma yulhimu ilhaman, (ألهم يلهم إالهاما ) maka kata ilham bermakna menelan dalam arti menghujamkan ke dalam jiwa, Allah berfirman; "Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya".
( Asy-Syams,91:8).



Dalam Al-Qur’an disebutkan dalam bentuk fi’il madhi (kata kerja lampau) yaitu dalam QS Asy-Syams 7-8 : “Dan demi jiwa serta penyempurnaannya, lalu IA meng-ILHAM-kan kepadanya jalan keburukan dan ketaqwaannya.”

Abu Hurairah, ia berkata: Dari Nabi bahwa beliau bersabda: Ketika kiamat telah mendekat, mimpi seorang muslim hampir tidak ada dustanya. Mimpi salah seorang di antara kalian yang paling mendekati kebenaran adalah mimpi orang yang paling jujur dalam berbicara. Mimpi orang muslim adalah termasuk satu dari empat puluh lima bagian kenabian. Mimpi itu dibagi menjadi tiga kelompok: Mimpi yang baik, yaitu kabar gembira yang datang dari Allah. Mimpi yang menyedihkan, yaitu mimpi yang datang dari setan. Dan mimpi yang datang dari bisikan diri sendiri. Jika salah seorang di antara kalian bermimpi yang tidak menyenangkan, maka hendaknya dia bangun dari tidur lalu mengerjakan salat dan hendaknya jangan dia ceritakan mimpi tersebut kepada orang lain. Beliau berkata: Aku gembira bila mimpi terikat dengan tali dan tidak suka bila mimpi dengan leher terbelenggu. Tali adalah lambang keteguhan dalam beragama. Kata Abu Hurairah : Aku tidak tahu apakah ia termasuk hadis atau ucapan Ibnu Sirin. (Shahih Muslim No.4200).



Membaca riwayat hidup Abuya Ashaari Attamimi, kita akan menemukan sesuatu yang berfaedah untuk hidup kita. Kerana di dalamnya penuh pengajaran dan didikan yang datang dari Allah.

Firman Allah:

                    أَلَآ إِنَّ أَوْلِيَآءَ ٱللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ .

Ketahuilah! Sesungguhnya wali-wali Allah, tidak ada kebimbangan (dari sesuatu yang tidak baik) terhadap mereka, dan mereka pula tidak akan berdukacita.
(Yunus,10:62).



Kesedaran dan keinsafan adalah soal hati. Ia bukan perkara fizikal dan material. Untuk mendapatkan kesedaran dan keinsafan, hati-hati manusia perlu di berikan Tuhan. Tanamkan rasa cinta dan takutkan Tuhan. Hati manusia tidak boleh disedarkan dengan benda-benda lahir atau benda material yang bersifat duniawi. Apa sahaja yang bersifat duniawi, akan merangsang nafsu manusia. Nafsu manusia tidak pernah merasa cukup dengan apa yang ada.