Langkau ke kandungan utama

PENDIDIKAN FITRAH.



( Pendidikan awal Islam mengenalkan Allah ).
Bagaimana Allah mendidik manusia? Dan apakah matlamat pendidikan itu? Atau bagaimana yang dikatakan pendidikan fitrah? Inilah diantara persoalan pendidikan yang sangat penting. Melalui tulisan ini moga kita diberi ilmu dan panduan untuk dapat mendidik diri dan anak-anak didikan kita.
Hanya kaedah atau metoda pendidikan yang Allah gunakan saja yang tepat untuk membawa manusia menjadi baik dan berguna. Metoda-metoda selain itu, walau kelihatan sehebat apapun, akan gagal untuk menjadikan manusia berjaya dalam hidup di dunia dan akhirat. Sebab manusia dijadikan oleh Allah, maka hanya Allah yang tahu bagaimana mendidik manusia. Umpama kendaraan yang dirancang oleh seseorang, maka tentu si perancang itu yang paling tahu tentang seluk-beluk kendaraan itu.
Atas dasar itu, seseorang yang bijak tentu akan melihat dan mengaku betapa hebatnya Allah mendidik manusia. Ini penting supaya metoda yang sama dapat diambil untuk dilaksanakan dalam sistem pendidikan di sekolah, di rumah, di kantor, dalam pergaulan dan di mana-mana saja.
Di dalam Al Qur’anul Karim, kita dapat melihat dengan jelas langkah-langkah dan tujuan pendidikan yang Allah gunakan untuk mendidik manusia.
Tujuan pendidikan yang Allah paparkan melalui Al Qur’an nyata sekali, yaitu agar manusia menjadi hamba atau dapat mengabdikan diri kepada Allah. Dalilnya ialah firman Allah, maksudnya:
“Tidak Aku jadikan jin dan manusia melainkan untuk menyembah-Ku”.(Az Zaariat: 56)
Dalam Islam pendidikan fitrah ada yang berbentuk tabsyir ( تبشير ) dan ada yang berbentuk tanzir ( تنزير ) Kaedah ini Tuhan perkenalkan kepada kita didalam Al Quran. TABSYIR
ertinya berita gembira. Pembawa berita gembira disebut basyiir atau mubasyir.
Allah berfirman :
"Kami mengutusmu untuk menjadi saksi, pembawa khabar gembira."
(QS al-Ahzab, 3: 45-46)
TANZIR
Tanzir ertinya peringatan atau ancaman. Pemberi peringatan disebut nadzir atau mundzir.
Maksud firman Allah:
"Dan sesiapa yang datang membawa amal jahat (yang telah dikerjakannya) maka sudah tentu mereka akan ditumuskan mukanya ke dalam api neraka, (sambil dikatakan kepada mereka): "Kamu tidak diberi melainkan balasan apa yang kamu telah lakukan".( An-Namlu:90).
Maksud firman Allah:
"Bahawa sesungguhnya mereka tidak percaya pada hari kemudian, Kami sediakan seksa yang amat
pedih. ( Al Isra' :10 ).
Berbagai cara Allah mendidik dan menginsafkan manusia
Merayu, memujuk, mengumpan, menakutkan, melihatkan kekuasaan
Memperlihatkan kebesaran, menceritakan kesudahan orang yang baik dan jahat
Semua bentuk pendidikan ini untuk menarik perhatian manusia.
Agar terpujuk kepada Allah yang Maha Esa.Namun manusia degil juga.Perhatian nya tiada.Ada mata dipejam kan, ada telinga dipekakkan, ada akal tidak difikirkan
Ada hati tidak ada perhatian
Seolah-olah manusia tidak ada mata, tidak ada telinga, tidak ada akal, tidak ada hati.
Nafsu sahaja yang dibelainya
Bertindaklah nafsu sesuka hatinya. Manusia telah menjadi tawanan nafsunya
Marilah segera kepada-Ku, kata Tuhan.Manusia buat-buat tidak dengar ajakan.
Syurga-Ku indah, nikmatNya belum pernah mata melihat
Belum pernah telinga mendengar. Manusia tidak peduli, adakalanya jadi bahan perli. Neraka-Ku dahsyat, hebat untuk orang jahat
Manusia tidak rasa apa-apa, biasa sahaja.Engkau tidak lihatkah.Bagaimana langit, bumi, gunung, haiwan, sungai, lautan Aku cipta?!
Manusia tidak ambil tahu penciptanya.Tapi ambil tahu khazanahnya untuk keuntungan dunianya.Hujah-hujah dan tanda-tanda kekuasaan, kebesaran Tuhan untuk menyedarkan manusia terlalu banyaknya.Namun manusia tidak juga beriman
Kalau beriman pun tidak bersyariat. Munasabah manusia masuk Neraka dengan keadilan. Begitulah
panduan yang kita terima daripada Abuya Ashaari At
Tamimi.
Begitulah caranya Allah mentarbiah atau mendidik manusia. Dan sepatutnya cara itu jugalah yang kita gunakan sebagai asas untuk dasar dan tujuan pendidikan yang kita jalankan.
Perlu kita sedari bahwa manusia tidak sama wataknya antara satu sama lain. Allah ciptakan kita berbeda-beda. Ada yang kasar, ada  yang lembut. Ada yang lincah, ada pula yang lambat. Ada yang kuat akalnya, sebagian yang lain kuat jiwanya, dan ada juga yang kuat perasaannya. Kedudukan pun tidak sama; ada yang jadi pemerintah, ada yang jadi rakyat, ada yang kaya, ada yang miskin, ada yang berilmu, ada yang jahil dan lain-lain lagi.
Untuk membawa mereka semua itu kepada Allah, supaya masing-masing mengabdikan diri kepada Allah, maka para pendidik (guru-guru), askar-askar, para da’i, ibu bapak, alim ulama, dan pemimpin masyarakat perlu memahami manusia dan mendidik mereka dengan menggunakan cara didikan Allah tersebut Perhatikan watak murid-murid, anak-anak dan orang-orang yang hendak dididik, atau rakyat jelata, kemudian sesuaikan dengan cara mana yang sesuai.
Secara kasar, ditentukan sebagai berikut:
1. Bagi orang yang mampu berfikir, yakni yang kuat fikirannya, sebaik-baiknya dididik dengan cara mengajak ia berfikir.
2. Bagi yang kuat perasaannya, sebaiknya dididik dengan membawa khabar gembira dan khabar yang menakutkan.
3. Untuk orang-orang yang jiwanya kuat (berani dan lain-lain) kaedah pendidikan yang terbaik ialah ingatkan mereka dengan nikmat-nikmat Allah.
4. Cerita-cerita sejarah hidup orang soleh dan orang yang membangkang adalah sesuai untuk semua. Masing-masing akan sensitif, insaf dan tergerak untuk mencontohi kebaikan di samping meninggalkan kejahatan.
Si sombong akan bertukar kepada seorang yang merendah diri. Si kaya yang bakhil akan jadi pemurah. Si pendurhaka akan taat. Si hasad akan jadi penyayang. Si pemabuk dunia akan mencintai akhirat. Pemimpin akan adil, ulama sanggup berjuang fisabilillah dan merendah diri. Orang-orang penakut jadi berani. Wanita-wanita jadi malu dan patuh. Pemuda-pemudi menjaga harga diri dan bertanggungjawab membina tamadun ummah. Itulah akhlak mulia yang manusia mesti mencapainya untuk jadi manusia agung. Dengan akhlak inilah Nabi Muhammad mendapat pujian dari Allah dalam firman-Nya, terjemahannya:
“Sesungguhnya engkau mempunyai akhlak yang agung” (Al Qalam: 68).
Bangsa yang berakhlak akan hidup aman damai, berkasih sayang, bekerjasama, bertolak ansur, bertimbang rasa dan saling bahu-membahu tugas membina negara dan masyarakat. Tanpa akhlak, masyarakat akan sengsara di tengah-tengah pembangunan batu-bata dan teknologi modern. Mereka terpenjara oleh sikap mereka yang dididik dan dibentuk oleh nafsu dan syaitan. Akhirnya mereka menjadi miskin dalam kaya, sakit dalam sehat, kesepian di tengah-tengah keramaian; menderita, sakit jiwa dan benci dengan dunia yang mengelilinginya dan yang diburu orang selama ini.
Hasad dengki, dendam kesumat, sombong takabur, mabuk harta, cinta dunia, gila pangkat, suap, bakhil, pemarah, boros, pembaziran, menipu, putar belit, tindas-menindas dan lain-lain mengerumuninya lahir batin, menjadikan hidupnya kusut dan kocar-kacir sekali. Sistem pendidikan di dunia hari ini mengambil kaidah dan tujuan yang berbeda dari apa yang dikehendaki Allah.
Allah mau manusia dididik supaya jadi hamba yang mengabdikan diri kepada-Nya, tetapi pendidikan kita menjadikan manusia hamba yang mengabdikan diri untuk gaji dan pangkat. Mereka bekerja untuk cari duit. Jauh bedanya, seorang yang berusaha untuk menunaikan perintah Allah dengan seorang yang bekerja untuk gaji semata-mata. Tanyalah hari ini kepada seorang yang belajar dan bercita-cita untuk jadi doktor, misalnya adakah dia mau bekerja kalau dia tidak dibayar gaji atau gajinya rendah sekali. Atau tanya pada seorang ulama resmi, adakah dia sanggup memegang jabatan yang disandangnya sekarang, sekiranya gajinya ditarik atau gaji yang diberi hanya sebatas keperluan asasnya saja. Kalau mereka kata tidak sanggup, itu artinya mereka bekerja bukan karena Allah, tapi karena gaji.
Seseorang yang betul-betul bekerja kerana Allah, tidak akan mengharap bayaran apapun dari  kerjanya. Kalaulah dia tidak ada sumber rezeki yang lain, maka bayaran yang akan diambil dari kerjanya hanyalah sebatas untuk memenuhi keperluan-keperluan asas hidupnya. Dia tidak mau lebih dari itu karena takut mubazir dan takutkan Hari Hisab. Kalaupun diambil juga, mungkin karena desakan keadaan, selebihnya disalurkan kembali ke jalan Allah.Orang begini tidak akan bekerja dengan sebarang sistem, kecuali sistem yang menegakkan hukum Allah. Seandainya didapati kerjanya itu membantu atau terlibat dengan musuh-musuh Allah, maka dia tidak sayang untuk meninggalkan kerjanya itu.
Demikianlah seseorang yang hidupnya untuk Allah. Berbeda sekali dengan orang-orang yang hidup untuk hidup atau hidup untuk bangsa dan lain-lain. Mereka sanggup bekerja dengan musuh Allah. Dan sanggup menjual agama dan harga diri serta sanggup mengorbankan prinsip hidup.
Orang-orang yang hidup tidak untuk mengabdikan diri kepada Allah, tidak akan menemui keamanan, keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat. Orang yang menghambakan diri untuk nafsunya atau untuk dunianya atau untuk bangsanya dan lain-lain tidak akan menemui kepuasan dan ketenangan hati. Sebab nafsu tidak pernah puas, dunia tidak pernah selesai (dapat satu, yang lain akan diingini), sementara bangsa tidak pernah menjanjikan apa-apa selain dari satu kebanggaan yang sementara.
Sedangkan orang yang hidup untuk Allah, akan merasakan cukup dengan Allah. Allah adalah segala-galanya. Hatinya redha dan tawakal, bahwa kuasa Allah mengatasi segala-galanya dan keputusan Allah adalah paling bijaksana. Orang yang menghambakan diri untuk Allah tidak akan berdengki dengan orang lain, tidak sombong, tidak tamak, tidak bakhil, tidak riyak, tidak menindas, tidak terlibat dengan suap, tidak zalim, tidak hanya mencari kepentingan diri, tidak putus asa, tidak keluh-kesah, dan tidak berakhlak buruk dengan sesama manusia.
Didikan Allah dapat memberikan kekuatan pada seseorang untuk membuang segala kejahatan manusia lahir dan batin. Dan masyarakat yang begitu benar-benar akan hidup aman damai dan bahagia. Sebaliknya dengan nafsu, manusia akan saling berdendam. saling dengki, bersangka jahat, saling menjatuhkan, saling menipu, orang besar sombong dan takabur, orang kecil rasa terhina dan kecewa, tamak, masing-masing berlomba mengalahkan orang lain hingga manusia akan senantiasa dalam ketegangan, benci-membenci, pemarah, bertengkar, menghujat, berperang, dan berpecah-belah. Bahagiakah masyarakat yang begini?
Untuk menjawabnya, kita lihat masyarakat hari ini. Pendidikan sekuler melahirkan alim ulama yang dengki, yang menggunakan ilmu untuk mencari pangkat dan kepentingan diri; pemimpin yang sombong dan mementingkan diri sendiri; orang kaya yang bakhil; si miskin yang kecewa; anak-anak yang biadab dengan ibu bapak; isteri yang tidak taat; suami yang tidak bertanggungjawab dan dayus (lemah); pemerintah yang mengejar kemewahan; pemuda pemudi yang liar; bijak pandai yang korup; pengikut yang durhaka; pekerja yang tidak amanah, majikan yang memikirkan keuntungan; dan segala macam sifat keji dan perilaku munkar lainnya. Ilmu, kepandaian serta kepakaran yang mereka peroleh hanya untuk kemajuan lahiriah, tapi menjahanamkan keamanan, keadilan, perpaduan, kasih sayang dan kesejahteraan hidup masyarakat.
Begitulah kalau manusia dididik tidak seperti yang Allah kehendaki. Menakut-nakuti manusia dengan kemiskinan, menjadikan mereka berlomba dan berebut kekayaan hingga berpecah-belah dan bersengketa. Menjanjikan kemewahan duniawi kepada manusia menjadikan mereka sanggup menipu, menyuap, mencuri, tidak jujur dan sangat mementingkan diri sendiri. Didikan yang mengajak manusia berfikir tentang dunia telah menghasilkan manusia-manusia yang lupa diri, sombong, takabur, ujub, riyak, dan tamak hingga masing-masing merasa tidak memerlukan orang lain, lalu hidup sendiri-sendiri dan mengabaikan sikap tolong-menolong, bekerjasama dan perpaduan.
Demikian juga kalau manusia dididik dengan sejarah hidup orang-orang yang tidak bermoral, tidak beriman dan tidak bahagia hidupnya; begitulah jadinya bangsa kita. Dan itulah yang sedang terjadi kini di seluruh dunia; pendidikan yang diketengahkan ialah pendidikan yang meruntuhkan kemanusiaan, keharmonisan dan kebahagiaan dunia akhirat.
Jalan keluar kepada masalah ini ialah kembali kepada didikan Allah. Ajak manusia berfikir tentang kebesaran Allah. Kaji dan teliti kekuasaan Allah, melalui alam, malam dan siang, binatang-binatang, tumbuh-tumbuhan, dan penemuan-penemuan sains, hingga melahirkan rasa kehambaan dan ingin berbakti kepada-Nya. Kemudian sebutlah nikmat Allah, agar terasa hubungan yang dekat dengan-Nya.
Hiburkan dengan Syurga agar manusia berlomba-lomba membuat kebaikan. Beri peringatan dengan Neraka agar manusia menghentikan kejahatan dan maksiat. Ceritakan sejarah hidup orang-orang soleh untuk jadi panduan dan ikutan dalam kehidupam. Itulah maksud didikan Allah. Yakni untuk keselamatan hidup manusia sejagat di dunia dan akhirat.
Pendekatan pendidikan lain, yang mengumpan manusia dengan gaji, menakuti dengan kemiskinan, dan mengutamakan hidup di dunia, semuanya tidak menjamin kebaikan dan keselamatan yamg kekal abadi. Di dunia pun sudah menimbulkan macam-macam masalah, apa lagi di akhirat. Apa jaminan orang yang ditakuti dengan penjara, akan mengekalkan kebaikan walau di mana mereka berada? Sedangkan orang yang terasa diawasi oleh Allah dan takut dengan Neraka, pasti tidak melakukan kejahatan walau di mana pun karena dia sadar Allah melihatnya sepanjang masa dan di mana saja!




Ulasan

Catatan popular daripada blog ini

NEGARA SYAM.

NEGARA SYAM (JORDAN, PALESTIN,HEBRON, SYRIA) Negara Jordan menjadi tempat transit bagi Abuya sebelum meneruskan perjalanan ke negara negara lain. Jordan juga dikenali dengan bumi Anbiya. Jordan juga banyak meninggalkan kesan  peninggalan purba yang berusia  ribuan tahun. Ia banyak di Jordan atau dulu dikenali dengan negeri Syam. Wilayah Syam zaman kebangkitan pertama mengandungi Jordan, Palestin, Lubnan dan Syria. Di era kebangkitan kali kedua Syam telah terpecah kepada empat negara. Ia dilakukan oleh penjajah. Kini terdapat negara Jordan, Palestin, Lubnan dan Syria secara berasingan satu sama lain. Jordan era terkini dikenali dengan Kerajaan Hasyimiyah Jordan, (Hashemite Kingdom of Jordan) atau lebih dikenali dengan nama Jordan sahaja  merupakan sebuah negara Arab yang terletak di Asia Barat (dulu dianggap Timur Tengah) bersempadan dengan negara-negara Arab yang lain. Ia terletak pada koordinat 34-29 Utara 35-39 Timur iaitu di sebelah Barat La

KEBANGKITAN ISLAM AKHIR ZAMAN.

KEBANGKITAN ISLAM AKHIR ZAMAN. Allah telah mengkhabarkan kepada kita melalui lidah Rasul-Nya bahawa Allah telah ‘set’kan satu Jadual Allah SWT untuk umat yang datang sesudah wafatnya Nabi akhir zaman. Itulah kasih sayang Allah dan Rasul-Nya kepada umat Islam, yang untuk mereka tidak ada lagi nabi dan rasul.Maka diceritakan lah perkara-perkara yang bakal terjadi sama ada yang positif atau negatif. Dengan mengetahui dan memahami jadual itu, umat Islam terpandu atau terpimpin untuk menghadapi dan menerima takdir yang bakal berlaku. Antara jadual yang dimaksudkan itu ialah, Rasulullah SAW bersabda: Yang artinya : "Telah berlaku Zaman Kenabian ke atas kamu, maka berlakulah zaman kenabian sebagaima­na yang Allah kehendaki. Kemudian Allah mengangkat zaman itu. Kemudian berlakulah Zaman Kekhalifahan (Khulafaur Rasyidin) yang berjalan seperti zaman kenabian. Maka berlakulah zaman itu sebagaimana yang Allah kehendaki. Kemudian Allah mengangkat nya. Lalu berlakulah zaman

AGAMA NABI IBRAHIM.

AGAMA NABI IBRAHIM. Inti pati ayat: Al Qur’an ayat 123 surat 16 An Nahl, Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): "Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif." dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. Al Qur’an ayat 39 surat 14 Ibrahim, Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) do`a. Al Qur’an ayat 124 surat 2 Al Baqarah, Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang zalim". Al Qur’an ayat 71 surat 21 Al Anbiyaa’, Dan Kami selamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia. N