Menjadi petani adalah sebuah profesi yang mulia. Mulia karena petani memberi manfaat bagi orang lain dengan menyediakan bahan makanan untuk mereka. Bahkan makhluk Alloh azza wa jalla seperti hewan herbivora, karnivora dan pengurai pun mendapat manfaat dari aktivitas pertanian yang dilakukan petani.Dan kemulian petani akan bertambah apabila dia adalah seorang muslim. Karena dia mendapatkan ganjaran dan pahala yang berlimpah dari aktivitas pertanianannya. Jadi kemulian yang dia dapat bukan hanya di dunia ini saja tetapi juga di akhirat.
Ada hadits yang menceritakan keutamaan petani muslim.
1.Dari Jabir bin Abdullah Rodhiyallohu ‘Anhu dia bercerita bahwa Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا إِلاَّ كَانَ مَا أُكِلَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً وَ مَا سُرِقَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً وَ مَا أَكَلَتِ الطَّيْرُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةً وَ لاَ يَرْزَؤُهُ أَحَدٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقَةً
“Tidaklah seorang muslim menanam suatu tanaman melainkan apa yang dimakan dari tanaman itu sebagai sedekah baginya, dan apa yang dicuri dari tanaman tersebut sebagai sedekah baginya dan tidaklah kepunyaan seorang itu dikurangi melainkan menjadi sedekah baginya.” (HR. Imam Muslim Hadits no.1552)
2.Dari Anas bin Malik Rodhiyallohu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا, أَوْ يَزْرَعُ زَرْعًا فَيَأْكُلَ مِنْهُ طَيْرٌ أَوْ إِنْسَانٌ أَوْ بَهِيْمَة ٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ بِهِ صَدَقَةٌ
“Tidaklah seorang muslim menanam pohon, tidak pula menanam tanaman kemudian hasil tanaman tersebut dimakan oleh burung, manusia atau binatang melainkan (tanaman tersebut) menjadi sedekah baginya.” (HR. Imam Bukhari hadits no.2321)
3.Dari Jabir bin Abdullah Rodhiyallohu ‘Anhu dia berkata, telah bersabda Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam:
فَلاَ يَغْرِسُ الْمُسْلِمُ غَرْسًا فَيَأْكُلَ مِنْهُ إِنْسَانٌ وَ لاَ دَابَّةٌ وَ لاَ طَيْرٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقَةً إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Tidaklah seorang muslim menanam tanaman lalu tanaman itu dimakan manusia, binatang ataupun burung melainkan tanaman itu menjadi sedekah baginya sampai hari kiamat.” (HR. Imam Muslim hadits no.1552(10))
Yang lebih utama dari itu, syariat Islam dalam bidang pertanian banyak memberi manfaat kepada orang ramai. Hasil bertani bukan saja manusia dapat manfaat makhluk lain juga dapat manfaat seperti haiwan dan sebagainya. Itu pun tuntutan syariat. Bila banyak berinteraksi dalam bertani kita tidak dapat elak daripada terbuat kesalahan. Kadang-kadang pembeli buat silap. Kadang-kadang peniaga buat silap. Hal ini sangat memerlukan tolak ansur, berlapang dada, bertimbang rasa dan maaf-bermaafan. Itu juga adalah kehendak syariat.
Dengan erti kata yang lain, kalau syariat itu benar-benar dapat ditegakkan dalam pertanian, ia akan membawa manusia makin takut dengan Tuhan dan makin nampak kebesaran Tuhan. Contohnya, dalam bertani ada sabar. Sabar menunggu hasilnya, adakala ladang dilanda gangguan seperti haiwan perosak banjir dan sebagainya. Sabar itu diperintah oleh syariat. Dalam bertani ada kerjasama dua hala atau ada kerjasama antara petani dengan masyarakat disekeliling. Kerjasama itu tuntutan syariat. Bila ada kerjasama, kita disuruh berkasih sayang dan berukhwah.
Berdasarkan dalil-dalil yang kita belajar dari Syaikh Imam Ashaari
At Tamimi jelas mengenai anjuran Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam untuk bercocok tanam, karena di dalam bercocok tanam terdapat 2 manfaat yaitu manfaat dunia dan manfaat agama.Pertama: Manfaat yang bersifat Dunia (dunyawiyah) dari bercocok tanam adalah menghasilkan produksi (menyediakan bahan makanan). Karena dalam bercocok tanam, yang boleh mengambil manfaatnya, selain petani itu sendiri juga masyarakat dan negerinya. Lihatlah setiap orang mengkonsumsi hasil-hasil pertanian baik sayuran dan buah-buahan, bijiian maupun palawija yang kesemuanya merupakan kebutuhan mereka. Mereka rela mengeluarkan uang karena mereka butuh kepada hasil-hasil pertaniannya.
Maka orang-orang yang bercocok tanam telah memberikan manfaat dengan menyediakan hal-hal yang diperlukan manusia. Sehingga hasil tanamannya menjadi manfaat untuk masyarakat dan memperbanyak kebaikan-kebaikannya. Tambahan lagi dalam bercucuk tanam kita boleh dapat kawan. Kawan dapat memberi syafaat dan membantu kita di Akhirat.Dalam hendak mengusahakan hasil tani kita juga akan jadi pandai bercakap dan pandai menyampai maklumat. Bertani boleh melahirkan orang yang bertawakal yang pandai bertindak dan orang yang pandai berfikir dan merancang dalam apa jua keadaan. Kalau pertanian dijalankan betul-betul mengikut syariat Tuhan, ia boleh melahirkan orang yang berakhlak tinggi dan berbudi pekerti.
Kita boleh dapat berbagai ilmu dalam bertani termasuk ilmu tentang tanah yang sesuai, cuaca yang sesuai dengan yang ditanam, kewangan, tempat, budaya dan watak manusia, general knowledge dan berbagai-bagai lagi yang semuanya dituntut oleh Islam. Dalam bertani juga kita boleh memenuhi keperluan hidup umat Islam dan menyediakan hasil tanaman yang bersih dan suci. Dalam pertanian dan bercucuk tanam kita disuruh dan dituntut menjaga halal dan haram. Itu adalah syariat. Dalam bertani dan becucuk tanam kita berusaha menghasilkan produk yang bersih dan menggunakan bahan yang bersih .
Dalam pertanian kita dapat memberi makan kepada orang lain bahan-bahan yang dipetik dari ladang kita dapat agih-agihkan kepada yang memerlukan. Itu satu khidmat yang besar terutama kepada fakir miskin setempat. Itu semua adalah kehendak syariat Islam. Jadi orang yang ada cita-cita Islam tidak akan terfikir terlalu jauh seperti memikirkan tentang hukum hudud, daulah dan lain-lain yang bukan mudah untuk dilaksanakan. Sebenarnya tiap-tiap hari kita dapat tegakkan syariat seperti pertanian dan bercucuk tanam tetapi kita sia-siakan, kita buat tidak tahu dan kita tidak ambil peduli. Padahal bertani dan berhubung itu adalah tuntutan Islam dan ia termasuk di antara tuntutan Islam yang besar. Tetapi ramai orang Islam menganggap ianya seperti tidak ada. Syariat yang ada pada mereka hanyalah hudud dan daulah.
Memang Tuhan mengutuskan kita ke dunia ini untuk berkhidmat. Khidmat kepada Tuhan dan khidmat kepada manusia.Dengan Tuhan kita berkhidmat melalui ibadah. Dengan manusia, kita berkhidmat sebahagian besarnya melalui pertanian. Oleh sebab bermacam-macam syariat dapat ditegakkan dalam berekonomi, maka sudah selayaknyalah Tuhan katakan bahawa berekonomi itu ialah satu jihad fisabilillah. Tidak perlu ke medan perang. Tidak perlu mati syahid. Selama ini masyarakat hanya mengetahui dan mengaitkan jihad fisabilllah itu dengan perang dan mati syahid. Yang sebenarnya, mati dalam pertanian juga mati syahid. Pahalanya besar. Di Akhirat pahalanya nombor tiga. Yang pertama adalah iman, yang kedua adalah solat atau sembahyang dan yang ketiga adalah jihad.
Ulasan
Catat Ulasan